Skip to main content

Kenapa Lucid Dream "BERBAHAYA"?

The Dragons Rage | Hololive Fanfic

"Yang mulia, para manusia telah berhasil membuat kerajaan iblis hilang."

"Perintahkan para naga untuk segera berkumpul!"

-

Ini adalah kisah yang terjadi setelah kerajaan manusia berhasil menjatuhkan kerajaan iblis, atau bisa dibilang mencapai perdamaian. Beberapa tahun setelah itu, Ollie menjadi pemimpin kerajaan manusia yang lama, sedangkan Miko membuat kerajaan baru di benua lain. Perdamaian sangat terasa di kerajaan manusia, tidak pernah ada pertikaian ataupun kejahatan-kejahatan yang biasa terjadi di dalamnya.

"Ollie, sebentar lagi adalah perayaan kemenangan kita terhadap kerajaan iblis. Sepertinya Miko juga akan datang," ucap Anya yang duduk di sebelah Ollie.

"Kalau begitu kita perlu menyambutnya dengan meriah. Sudah cukup lama kita tidak bertemu dengannya."

"Kalau begitu, akan kuperintahkan para prajurit untuk menyebarkan berita ini." Anya berdiri dan meninggalkan ruang utama kerajaan.

"Reine, kudengar kerajaan Miko itu dipenuhi dengan ras setengah manusia, apa benar?" Tanya Ollie kepada Reine yang duduk disebelahnya dan mengunyah buah semangka.

"Ya, itu benar," Reine menelan semangka di mulutnya, "sepertinya Miko benar-benar memimpin mereka, dari apa yang kudengar."

"Apa Miko memiliki anak buah setengah manusia? Aku ingin melihat mereka.""

"Kudengar ia memiliki anak buah yang cukup kuat, yang tadinya adalah lawan untuk memperebutkan tahta."

"Aku jadi tidak sabar untuk bertemu mereka!"

-

Sementara itu di wilayah kerajaan Miko.

"Yang mulia, semua persiapan sudah selesai, kita dapat berangkat sesegera mungkin ke kerajaanmu yang dulu," ucap salah satu prajurit manusia setengah anjing.

"Baiklah, terima kasih atas laporanmu, kembalilah ke tempatmu."

"Baik yang mulia."

"Mikochi, apa tidak masalah kau hanya membawa sedikit pasukan?" Tanya salah satu petinggi kerajaan, manusia setengah serigala, Mio.

"Tidak apa-apa, lagipula aku butuh banyak orang untuk menjaga kerajaan ini."

"Tapi apa yang kau khawatirkan? Di sini sangat tentram dan damai, hihi."

"Kuharap begitu. AQUA! AQUA!!!" Miko memanggil salah satu pelayannya.

"Y-ya yang mulia!" Seorang maid berambut ungu seperti bawang memasuki ruang tahta dengan terburu-buru.

"Persiapkan makanan untuk pelayaran besok."

"Baik yang mulia!"

"Sudah kembali bekerja," ucap Miko.

Aqua membungkukkan badannya sebagai salam hormat lalu pergi berjalan meninggalkan ruangan.

"Aqua itu memiliki indra yang sangat tajam, padahal dia hanya manusia biasa," ucap Mio.

"Aku bertemu dengannya di tengah hutan, saat aku masih berada di benua lain. Dia tak sadarkan diri dan tubuhnya cukup kotor. Sejak saat itu aku membawanya untuk membantuku, dan dia tak begitu bisa berada di dalam keramaian." ucap Miko

"Aku merasakan kekuatan yang luar biasa dalam dirinya," ucap Mio.

-

Sementara itu, di sebuah pulau dimana ada sebuah gunung besar yang dikelilingi oleh tembok alami yang melebihi tinggi gunung itu, dan belum pernah ada satupun makhluk yang pernah menjamahnya, kecuali para naga. Karena pulau itu merupakan tempat yang tersembunyi, setelah ribuan tahun lalu menghilang ketika bangsa manusia, iblis, dan setengah manusia menyegelnya bersama para naga di dalamnya.

"Yang mulia, para naga di seluruh wilayah sudah berkumpul," ucap sesosok naga merah.

"Bagus, sekarang aku akan mengumumkan untuk apa aku mengumpulkan mereka." Sosok naga yang menjadi raja di pegunungan itu merubah wujudnya menjadi sosok perempuan berambut oranye seperti warna kulit wujud naganya. Dia keluar dari dalam gua yang merupakan ruang tahtanya.

Di sekitar gunung itu sudah dikelilingi oleh banyak naga dari berbagai macam jenis, bentuk, dan ukuran. Semua naga itu dapat mengubah bentuk tubuhnya menjadi manusia. Namun kekuatan mereka tidak dapat sepenuhnya digunakan dalam bentuk itu. Mereka pun mengubah wujud mereka menjadi manusia ketika sang raja berdiri diujung tebing yang ada di atas gunung.

"SEMUANYA!" Suara raja naga itu menggelegar hingga terdengar ke seluruh wilayah itu. "Kita berkumpul di sini karena sebuah tujuan!" Naga lain bersorak. "Sudah lama kita terisolasi di wilayah ini karena campur tangan manusia dan iblis. Sekarang para iblis itu telah tiada, dan sihir yang menghalangi kita untuk keluar dari wilayah ini sudah melemah. Aku, akan menghilangkan sihir itu, dan akhirnya kita bisa keluar!"

Para naga lain bersorak "AKHIRNYA! WOOOO!!!"

"Kita akan membalas perbuatan mereka! Dan menaklukan dunia ini!" Sang raja mengubah bentuk tubuhnya menjadi seekor naga kembali, "Dalam satu minggu kita akan mulai membasmi para ras setengah manusia! Persiapkan diri kalian!"

Para naga kembali ke bentuk naga mereka dan terbang mengelilingi gunung wilayah mereka.

-

Di kerajaan manusia, Ollie, Reine, dan Anya berjalan-jalan menemui para jendral mereka.

Sora, sedang berlatih pedang dengan Noel di sebuah lapangan luas di dalam istana kerajaan. Ollie dan lainnya menghampiri mereka.

"Hah...hah... Masih belum!" Noel tersengal-sengal namun bergerak dengan cepat menyerang Sora. Sora hanya menggunakan satu tangannya menggerakkan pedang kayu untuk menangkis serangan Noel.

"Woah! Noel gerakanmu bagus," ucap Ollie yang berjalan mendekati mereka berdua.

"Oh! Ollie, Anya, Reine. Ada apa?" Jawab Sora yang masih menangkis serangan-serangan Noel.

"Aku ingin mengumpulkan kalian untuk membahas sesuatu. Kau tau dimana Shion, Watson, dan Flare?" Tanya Ollie.

"Ada apa? sepertinya penting." Sora langsung menjatuhkan Noel dengan satu hentakan gagang pedangnya ke perut Noel. Noel pun seperti memuntahkan sesuatu dan menahan perutnya sambil tersungkur.

"N-noel kau tidak apa-apa?" Tanya Anya yang mengkhawatirkannya dan menghampirinya.

"A-a-aku ti-tidak apa apa."

"Jangan khawatir, dia baik-baik saja," sanggah Sora. Anya pun mencoba mengobati Noel.

"Ehem, aku akan membahas mengenai perayaan kemenangan kita, tidak, perdamaian kita dengan bangsa iblis. Dan karena kerajaan dari benua lain akan datang, aku membutuhkan kalian untuk melakukan sesuatu," ucap Ollie

"Begitu ya. Tapi kenapa harus kami? Bagaimana dengan prajurit lain?" Tanya Sora.

"Mereka sedang mengurus hal lain dan harus mengawasi para penduduk," Ucap Reine.

"Aku sangat ingin memeriahkan pesta perayaan ini. Apalagi kali ini akan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya." Ollie mengangkat kedua tangannya dengan lebar dan matanya berbinar-binar.

"Baiklah-baiklah. Aku akan bersiap-siap. Flare dan Shion sedang berlatih sihir di wilayah bekas kerajaan iblis. Sedangkan Watson, aku tidak tahu dia ada di mana."

Reine membawa Ollie ke tempat dimana dulunya adalah wilayah kerajaan iblis. Tempat itu kini menjadi padang rumput yang sangat hijau.

Di tengah latihan, saat Flare dan Shion mengadu sihir, Ollie dan Reine tiba-tiba muncul di tengah sihir yang akan beradu itu. Terjadi ledakan yang luar biasa. Flare dan Shion yang melihat sekilas ada sesuatu yang datang di tengah mereka, mereka pun langsung menghampiri pusat ledakan itu yang dipenuhi asap tebal.

"Shion, tadi seperti ada sesuatu di tengah-tengah."

"Benar. YA AMPUN!"

Setelah asap dari ledakan itu memudar, terlihat sosok dibaliknya. Reine berlindung dengan sihirnya, sedangkan Ollie, tubuhnya dipenuhi oleh asap dan hanya berdiri tanpa sadar.

"Ollie! Ollie!" Flare menggoyangkan tubuh Ollie.

"Uh...." Hanya itu yang terdengar dari Ollie.

"Kenapa kalian bisa tiba-tiba muncul di sini!?" Tanya Shion kepada Reine.

"Tenanglah, Ollie akan segera sadar. Kami ke sini untuk memberitahu kalian sesuatu." Ucap Reine.

"Be....nar....." Tambah Ollie.

"Ollie, apa kau saja yang berbicara pada mereka?" Tanya Reine.

"Uh......" Balas Ollie.

"Baiklah. Kalau begitu aku saja yang beri tahu," ucap Reine.

-

Miko bersama dengan para panglima-nya sudah bersiap-siap di pelabuhan untuk berlayar ke benua di mana kerajaan yang dulu dipimpinnya berada. Sebuah perahu besar sudah menepi dan terdapat sebuah bendera dengan lambang bajak laut.

"Oh, Marine. Terima kasih sudah datang dan mau membantu kami," ucap Miko kepada Marine yang berada di atas kapal.

"Miko!" Marine melompat dan mendarat tepat di depan Miko. "Apa aku terlambat?"

"Tidak, tidak. kapalmu semakin besar ya?"

"Tentu saja. Lagipula aku adalah bajak laut yang mengarungi lautan untuk mencari harta karun terpendam di seluruh dunia ini." Marine mengintip ke belakang Miko. "Mereka siapa?"

"Oh! Perkenalkan, mereka adalah para petinggi kerajaan di sini."

"Halo aku Mio! Senang bertemu denganmu." ucap Mio, si manusia setengah serigala dengan rambut hitam lebat.

"Namaku Fubuki! Aku adalah seekor rubah, senang bertemu denganmu!" ucap Fubuki, manusia setengah rubah putih.

"Hebat! Ngomong-ngomong, kapan kita akan berangkat?" Tanya Marine.

"Perayaannya akan dimulai satu minggu lagi, jadi apa kau tahu rute tercepat untuk sampai ke sana?" Tanya Miko.

"Tentu! hmmmm, hmmm..." Marine berpikir untuk menentukan rute yang akan ia lalui, "hmmmm, kukira paling cepat kita akan sampai di sana dalam waktu empat hari. Tapi rute itu sangat berbahaya. Dan rute lainnya akan menempuh waktu tepat satu minggu."

"Apa maksudmu berbahaya?" Tanya Mio.

"Rute itu tidak pernah dilalui siapapun. Karena di sana banyak bersemayam monster mengerikan dan merupakan tempat tinggal salah satu bawahan bangsa iblis yang pernah kita lawan."

"Bagaimana ini Miko?" Tanya Fubuki.

"Ayo kita lewati rute itu!" Miko menjawab dengan penuh semangat.

"Eh....." Fubuki dan Mio berbarengan tidak menyangka Miko akan menantang rute itu.

-

Sementara itu di sisi lain kota kerajaan setengah manusia, ada sebuah toko roti yang sangat terkenal. Setiap hari toko roti itu selalu dipenuhi oleh para pengunjung di siang hari. Nama toko roti itu adalah Inugami Breadwoof.

Seseorang memasuki toko itu ketika sudah larut malam.

"Ah! Selamat datang, tapi toko kami sudah tutup." Sapa pemilik toko roti itu yang sedang menyapu ruang tunggu tempat orang mengantre pesanan.

"Ah...permisi.... Apa aku boleh meminta tolong? I-ini perintah dari sang raja." Orang ini mengucapkannya dengan nada yang sangat pelan.

"Ahhhh...AH! kalau itu dari raja langsung apa boleh buat, tentu aku akan membantu. (untung aku memiliki pendengaran yang tajam)" Sang pemilik roti langsung berhenti menyapu lantai. "Kalau begitu apa yang bisa kubantu?"

"A...anu...apa kita bisa berbicara di tempat lain?"

"Ah..tentu! tentu! Ayo! (Sepertinya dia sangat pemalu)" Pemilik roti langsung menuntunnya ke dalam ruangan tempat pengolahan roti. "Kalau boleh tahu siapa namamu?"

"N-namaku Aqua..." ucapnya sambil sedikit menundukan kepala.

"Aqua ya. Nama yang bagus, aku adalah Korone! Senang berkenalan denganmu." ucap Korone lalu tersenyum.

"I...iya."

"Jadi, apa maumu?"

"OH! Maafkan aku. Begini..." Aqua menjelaskan kalau sang raja akan melakukan pelayaran dan membutuhkan pasokan makanan yang cukup banyak. Namun saat ini bahan makanan di dalam kerajaan sedang menipis. Karena pelayarannya akan dilakukan dalam waktu dekat, jadi tidak ada waktu untuk Aqua berbelanja dan membuat makanan. Akhirnya dia memutuskan untuk meminta bantuan untuk menyiapkan ribuan roti.

"Jadi, begitu. Jangan khawatir, serahkan padaku! Bahkan membuat jutaan roti akan kulakukan dalam sehari!"

"Te-terima kasih banyak, maaf merepotkanmu."

"Kapan kau akan mengambilnya?"

"Pelayarannya akan dilakukan lusa. Jadi, sehari sebelumnya, tepatnya tengah malam aku sendiri yang akan ke sini."

"OKE!" Korone langsung berlari ke depan tokonya dan mengambil papan buka atau tutup yang menempel di pintu, dan menggantinya dengan papan yang bertuliskan "Sedang Liburan :3". Korone pun kembali ke dalam tempat pengolahan roti dan langsung mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan.

"Ah....apa aku boleh pergi?"

"TIDAK!" Korone membanting bahan yang akan dia olah.

"EEEEK!!!" Aqua ketakutan melihat Korone yang sangat cepat mengolah bahan-bahan itu.

"Tentu saja kau boleh pergi. Cepat, jangan ganggu aku!"

Aqua pun berlari dengan kecepatan penuh.

-

Dua hari pun berlalu, Kerajaan manusia kini sudah tampak cukup berbeda. Banyak sekali para pendatang dari berbagai wilayah keraajan untuk berkumpul di kota kerajaan, tempat berlangsungnya festival perayaan kemenangan terhadap kerajaan iblis. Noel dan Flare berjalan mengelilingi kota menggunakan penyamaran untuk melihat perkembangan dan menjaga keamanan.

"Flare! Flare! Ada yang menjual permen kapas, aku mau!" Noel menarik-narik tangan Flare.

"E-eh, kau itu bukan anak kecil lagi kan?" Tanya Flare. Noel memasang wajah cemberut ke hadapan Flare. "Aku cuma bercanda."

"Silakan, apa kalian mau membeli permen kapas ini?" Tanya si penjual permen kapas.

"AKU BELI SEMUANYA!" Ucap Noel dengan penuh semangat. Flare langsung memukul kepalanya.

"Kami beli dua saja," ucap Flare.

"E...B-baiklah. Ini!" Si penjual menyerahkan dua permen kapas dengan ukuran yang cukup besar.

"Terima kasih. Ambil saja kembaliannya." Ucap Flare. Mereka pun langsung pergi dan melanjutkan pemantauan, Noel masih mengusap-usap kepalanya.

Sementara itu di dalam istana, Ollie sedang mengatur persiapan bersama dengan Sora.

"Sora, kau bilang ada seseorang yang sama kuatnya denganmu bukan? Apa dia akan datang?" Tanya Ollie yang sedang mencoba baju yang akan dikenakannya nanti.

"Hmm, entahlah. Orang itu selalu berkelana dan seperti hantu." Jawab Sora yang sedang menikmati tehnya. "Ngomong-ngomong di mana Reine dan Anya?"

"Reine sedang mengatur perjamuan, sedangkan Anya sedang mengatur pertahanan bersama dengan Shion." Ollie merapikan rambutnya, "hey, Sora."

"Ya?" Sora memangku cangkir teh yang ditaruh diatas sebuah piring kecil.

"Apa kau merasakannya?"

"Ya, itu energi yang sangat besar. Meski hanya seketika, tapi tidak salah lagi, sesuatu yang sangat berbahaya mungkin akan muncul." Sora berdiri. "Aku akan mencari tau." 

"Jangan Sora! Aku ingin kita bersama-sama merayakan pesta nanti. Lagipula, semua latihanmu akan sia-sia bukan?"

"Hmmm, baiklah. Mari kita rayakan semeriah mungkin." Jawab Sora dengan penuh semangat.

-

Sementara itu di pulau naga, para naga sudah bersiap untuk berpencar ke seluruh dunia untuk menaklukan seluruh wilayah. Para naga yang memiliki energi besar menyembunyikan energi mereka seketika setelah penghalang yang mengisolasi mereka dibuka.

"Aku rasa, tidak akan jadi masalah dan kita tetap bisa menjalankan rencana kita," ucap sang raja naga.

"Seluruh naga sudah berkumpul. Apa kita akan mulai sekarang yang mulia?" Tanya salah satu petinggi kerajaan naga.

"Ya, kita akan menyerbu sekarang." Sang raja berdiri dari kursi tahta-nya, dan menyambut para naga yang sudah berkumpul.

"PERHATIAN!" Salah satu petinggi memperingati para naga. "SANG RAJA AKAN BERBICARA!"

Para naga yang tadinya berkeliaran dan gaduh, seketika terdiam. Seluruh pulau menjadi benar-benar sunyi.

Sang raja naga mengubah wujudnya menjadi naga yang sangat besar, "Semuanya! Kita akan mulai penyerbuan malam hari ini! Aku akan langsung pergi ke wilayah kerajaan manusia. Kalian akan tetap berpencar seperti yang sudah direncanakan! HANCURKAN SELURUH DUNIA INI! JANGAN SISAKAN MAKHLUK LAIN SELAIN KITA, PARA NAGA!!!"

Semua naga yang tadinya berwujud setengah manusia, berubah menjadi wujud mereka yang asli dan mengaum ke udara sekeras-kerasnya.

-

Di wilayah kerajaan makhluk setengah manusia, ada seorang setengah kelinci yang mencoba untuk menumpang kapal Marine. Namun, Marine bersikeras untuk tidak mengizinkannya menaiki kapal. Si kelinci membawa segerobak wortel yang memiliki ukuran luar biasa besar dibanding wortel biasanya.

"Ayolah! Akan aku bayar berapapun!" Ucap si kelinci.

"Tidak! kapal ini bukan kapal untuk berdagang, sudah kubilang berkali-kali!"

"Marine, ada apa ini?" Ucap Miko yang muncul di belakang si kelinci. "Siapa si telinga kelinci ini?" Lanjutnya.

"Oh, Miko. Maaf ini sama sekali tidak terduga, tapi aku juga sama sekali tidak tahu dia ini siapa?"

"Ha↗ha↘ha↗ha↘, kau tidak tahu aku siapa?" Si kelinci menaiki gerobak wortelnya, "Perkenalkan, aku adalah Pekora, seorang pedagang yang handal dan profesional!" Tangan kanannya menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari.

"Marine, apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Miko, tak memedulikan Pekora.

"Ya. Ngomong-ngomong di mana pasukanmu?" Marine menengok ke belakang Miko

"Mereka akan segera tiba."

"OY! JANGAN MENGABAIKANKU!"

"Jaga bicaramu!" Tiba-tiba seseorang sudah berada di belakang Pekora dan menodongkan belati ke lehernya.

"Fubuki, lepaskan dia, tenang saja dia bukanlah ancaman." Ucap Miko. Fubuki langsung melepaskan Pekora, dan melompat ke bawah.

"Fubu-chan, kau itu berlebihan." Ucap Mio yang menyusulnya. "Apa yang dilakukan kelinci ini, Marine?" Lanjutnya.

"Ia ingin berlayar menuju benua manusia. Tapi sudah kubilang padanya ini bukanlah kapal untuk berdagang."

"Bawa dia Marine." Ucap Miko.

"Apa kau yakin Miko?"

"Ya, lagipula aku hanya membawa sedikit pasukan."

"Tapi, aku belum melihat pasukanmu."

Suara gemuruh terdengar dari kejauhan, terlihat bendera-bendera kerajaan setengah manusia berkibar dan mendekati pelabuhan.

"Eh...Miko, berapa pasukan yang kau bawa?" Tanya Marine.

"Sekitar dua ratus orang."

"APA!? Kapal ini hanya mampu membawa seratus orang! apalagi ditambah dengan persediaan makanan yang cukup banyak, kapal ini bisa tenggelam!"

"Hahaha, tenanglah Marine, yang akan ikut bersama kita hanya lima puluh orang, sisanya hanya berjaga di sekitar pelabuhan ini."

Setelah melakukan berbagai macam persiapan, Marine dan yang lainnya langsung berlayar menuju ke kerajaan Ollie. Pekora juga ikut bersama mereka. Di tengah pelayaran, Pekora yang sedang berkeliling-keliling di dalam kapal, menemukan sebuah pintu.

"Ini pintu apa ya?" Pikirnya. Tanpa pikir panjang, Pekora langsung membuka pintu itu. Di depan matanya terdapat banyak sekali tumpukan-tumpukan roti. "Kenapa di sini banyak roti? Apa ini persediaan makanannya?" Pekora mengambil sebuah roti. Di pelupuk matanya, sekilas ia melihat gerakan, dan seketika menengok ke arah dimana ia merasa ada gerakan itu. "Siapa di sana?" Tidak ada jawaban. Pekora manaruh kembali roti yang diambilnya, lalu perlahan menuju pintu dan keluar dengan cepat.

Di bagian dek kapal, Miko, Fubuki, dan Mio sedang berbincang-bincang, "ngomong-ngomong semenjak semalam aku belum melihat Aqua." Ucap Miko.

"Bukankah dia bilang dia akan membawa persediaan makanan ke dalam kapal?" Tanya Fubuki.

"Apa dia benar-benar sudah membawanya?" Tanya Mio.

"Aku akan tanya Marine." Miko berlalu menuju ruangan Marine. "Marine! Kau di dalam?" Tidak ada jawaban. Miko mencoba untuk membuka pintu, dan ternyata tidak terkunci. "Ma...rine..." Ia melihat Marine hanya menggunakan bikini dan sedang mencium-cium sebuah foto.

"A!" Marine terkejut ketika melihat Miko berada di depan pintu. "I-ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Aku tidak memikirkan apapun. Marine, apa benar ada orang yang sudah membawa persediaan makanan ke dalam kapal?"

"Y-ya semalam ada seseorang membawa banyak sekali tumpukan roti dan menaruhnya di dalam kapal ini. Tapi, karena aku lapar jadi aku pergi mencari makanan dan minuman terlebih dulu, karena aku lupa diri, aku jadi mabuk dan langsung kembali ke kapal dan tidur tanpa mengecek keadaannya, hehe."

Miko menepuk jidatnya, "di mana ruang penyimpanan makanan itu?"

Miko dan Marine pun menuju ke tempat penyimpanan makanan. Marine yang masih mengenakan bikini merah membuka pintu gudang makanan itu perlahan-lahan.

"Wow banyak sekali rotinya sampai penuh begini!" Marine terbelalak melihat tumpukan-tumpukan roti yang tersebar ke seluruh ruangan setelah menyalakan lampu.

Miko memasuki ruangan itu dan berkeliling melihat ke seluruh penjuru ruangan. "Hmmmm," ia tidak melihat apapun, namun ketika berbalik badan untuk keluar ruangan, ia melihat sesuatu yang janggal. "Ketemu!" Miko membongkar tumpukan roti di sudut ruangan dimana ia melihat sebuah bando khusus pelayan.

"Eeeek!!!" Seseorang meringkuk ketakutan di sudut ruangan itu.

"Aqua! Ini aku, Miko."

"Y-yang mulia?"

"Apa yang kau lakukan di sana? Ayo keluar." Miko menjulurkan tangannya.

Aqua meraih tangan Miko dan langsung menempel ke punggung Miko. Mereka pun berjalan keluar hingga menuju ke ruangan Miko berkumpul sebelumnya.

"Aqua, kenapa kau tidak keluar kapal?" Tanya Miko.

"K-karena semalam aku kelelahan, jadi tanpa sadar aku tertidur di dalam sana. Dan ketika aku bangun, di luar sudah ada banyak orang..."

"Ah..." Mio dan Fubuki kompak.

"Hhh, yasudahlah." 

-

Tiga hari sebelum perayaan, Ollie dan semua temannya berkumpul di tempat bekas kerajaan iblis. Mereka sedang mempersiapkan diri untuk memeriahkan perayaan itu.

"Baiklah semuanya," Ollie bertepuk tangan, sebagai tanda untuk berkumpul.

"Ada apa Ollie?" Tanya Anya.

"Ehem, begini, sepertinya tidak meriah jika kalian hanya memakai pakaian bertugas kalian untuk perayaan nanti, jadi aku buatkan kalian sesuatu."

"Tapi pakaianku ini sudah cukup bagus." Ucap Noel sambil melihat-lihat ke pakaiannya.

"Pakaianku juga tidak terlihat begitu buruk, ya kan?" Tanya Shion, yang juga melihat-lihat pakaian penyihirnya yang agak terbuka seperti kekecilan.

"Sudah sudah, Ollie sudah membuatkan kita sesuatu, jadi hargailah sedikit." Ucap Sora.

"Aku penasaran, memangnya apa yang kau buat?" Tanya Reine.

"He he he, pertanyaan bagus. Jeng jeng!!!!!" Ollie mengeluarkan sebuah kotak dari belakang yang daritadi ia genggam. "Ini dia! Karena kita akan memeriahkan ini bersama-sama, jadi aku membuatkan sesuatu yang selaras."

Ollie membagikan satu per satu kotak kepada yang lainnya.

Flare membuka kotaknya. "I-ini kan!!!"

"Hebat, indah sekali!" Ucap Watson.

"Dengan ini aku bertambah semangat!" Ucap Noel.

"Kurasa, kalian menyukainya. Dan kulihat sepertinya seragam itu cocok untuk kalian." Ollie tersenyum.

Mereka pun melanjutkan latihan mereka dengan mengenakan seragam yang diberikan Ollie.

-

Sementara itu di tengah laut yang diselimuti awan hitam dan ombak yang bergelombang hebat, Marine, Miko dan yang lainnya sudah bersiaga.

"Miko, kita sudah dekat dengan tempat berkumpulnya monster laut yang terkenal, seperti Cthulhu dan Megalodon! Dan akan ada sebuah pulau kecil yang menjadi tempat tinggal seorang dewa kematian."

"Jadi, ini yang kau maksud agak berbahaya?" Tanya Miko yang berdiri tegap di atas lambung kapal dihujani badai petir.

"Benar, setelah melewati badai ini, itu berarti kita sudah dekat dengan pulaunya, dan seharusnya terlihat sebuah menara tinggi yang cukup mengerikan."

"Aku jadi semakin bersemangat!"

Setelah beberapa jam melewati badai petir dan terombang-ambing, mereka berhasil melewatinya. Di depan mereka sudah terlihat menara yang ujungnya tertutup awan hitam dan diselimuti petir yang menyambar-nyambar.

"Tenang sekali di sini. Seperti ada yang tidak beres." Ucap Miko.

Tak lama, tiba-tiba kapal mereka berguncang cukup keras, hingga beberapa prajurit yang ada di lambung kapal terhempas ke lautan.

"Dia datang." Ucap Marine.

Seekor hiu raksasa melompat tinggi di samping kapal mereka, di mana para prajurit banyak terjatuh.

"Dia mengelilingi kita!" Ucap Miko melihat ke bawah kapal. Ia melihat sirip besar mengelilingi sekitar kapal.

"Akan kupancing dia!" Marine menggunakan pancingan raksasa dan melemparkan umpan sejauh mungkin dari kapal.

Hanya dalam beberapa detik pancingnya disambar. Namun karena tenaga yang sangat kuat dari hiu raksasa itu, Marine berusaha keras untuk menahannya dengan mengganjal kakinya ke tepian tembok kapal. Kapal mereka pun ikut terbawa arah hiu raksasa itu lari. Miko yang menyadari itu, langsung ikut membantu Marine, mereka berhasil menghentikan kapal yang ikut terseret.

"Apa tali pancing ini akan baik-baik saja?" Tanya Miko.

"Tali pancing ini terbuat dari bahan terkuat yang ada di dunia ini, dan aku pun pernah memancing hiu ini, tapi karena aku mengkhawatirkan keadaan saat itu, jadi kurelakan pancinganku itu."

"Begitu. Dalam hitungan ketiga kita coba tarik sekuat tenaga. Bagaimana?"

"Oke!"

"1...2....3!!!!!" Mereka langsung menarik tali pancingnya sekuat tenaga dan terlihat hiu raksasa terhempas ke arah mereka.

"Gawat!" Ucap Marine, khawatir kapalnya akan hancur tertimpa hiu raksasa itu.

Namun, saat hiu itu akan menyentuh kapal, hiu itu berubah wujud dan mengecil.

"Eh?" Miko dan Marine kebingungan saling tatap. Terlihat sosok yang kecil tertelungkup di depan mereka. Dengan rambut yang panjang dan berwarna abu-abu putih seperti kulit ikan hiu pada umumnya.

Marine mencoba membangunkannya dengan menyodok-nyodokkan tubuhnya menggunakan pedangnya yang berbalut sarung pedang.

"SHAAAAA!!!!" Tiba-tiba makhluk itu langsung menengok ke arah Marine dan langsung bangkit. Marine kaget dan langsung menjaga jarak.

"Apa kau hiu raksasa yang tadi?" Tanya Miko.

"Ya! Itu benar!" Jawabnya sambil memangku tangan di pinggangnya.

"I-imut sekaliiii!!!" Marine langsung mendekati makhluk itu. "Hey, hey, apa kau ingat aku?" Tanya Marine sambil membungkuk, mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan makhluk yang tingginya hanya setengah badannya itu.

"Si-siapa kau? Menjauh dariku!" Makhluk itu mendorong Marine.

"Kalau boleh tau apa kau punya nama?"

"Oh, perkenalan ya? Baiklah, perkenalkan! Aku adalah Gawr Gura! Sang penguasa perairan ini!"

"Aku Marine!" Marine sangat bersemangat dan nafasnya tersengal-sengal.

"M-marine...? Lupakan dia, aku adalah Miko. Sang raja dari kerajaan setengah manusia. Senang bertemu denganmu."

"Senang bertemu denganku? Apa kalian tidak sadar aku berusaha menghancurkan kapal kalian."

"Tapi, kenapa kau malah menyambar umpan yang kuberikan?" Tanya Marine.

"I-itu karena..." Gura menundukkan kepalanya.

"Karena apa?" Marine mendekatinya.

"Itu karena aku lapar! Dan sudah lama aku tidak merasakan makanan seenak tadi!" Gura menahan air matanya.

"Hooo? Aku punya banyak loh digudang, apa kau mau?" Tanya Marine mencoba merayunya.

"A-aku tidak akan memakan rayuanmu! Aku akan tetap menghancurkan....."

Marine mengeluarkan daging dari sebuah tong, "lihatlah, aku akan berikan semua daging-daging ini, dan tentunya masih ada lagi di dalam asal kau mau bekerjasama."

"Uh..." Dengan mulut yang sudah dibanjiri air liur, Gura berpikir sejenak, tapi perutnya terus berbunyi, dan tanpa ragu, "b-baiklah! Aku akan membiarkanmu lewat."

"Yoooshaaaa!" Marine kegirangan.

"Tapi..." Gura memikirkan sesuatu.

"Tapi apa?" Tanya Marine.

"Aku memiliki satu permintaan."

"Apa itu? Jika itu bukan sesuatu yang menyulitkan, akan kuusahakan."

"Aku akan ikut bersama kalian."

"Hah?" Marine dan Miko heran. "Tapi kenapa?" Tanya Miko.

"Kau tahu, rasanya bosan selama ribuan tahun hanya berkeliling di wilayah ini. Jadi, mungkin ini kesempatan untukku pergi keluar sana."

"Bukankah kau bisa melakukan itu kapan saja? Bukankah kau itu kuat?" Tanya Marine.

"Masalahnya ada sesosok penjaga yang tidak mau membiarkanku untuk lewat, dan dia menggunakan sesuatu agar aku tidak bisa melewati wilayah ini."

"Jadi, dibawah sana ada semacam pembatas?" Tanya Miko.

"Kurang lebih seperti itu. Tapi sepertinya, dia juga bisa melacakku, dan ia bersemayam di dalam menara itu."

"Jadi kau ingin kami juga membantumu?"

"Y-ya, kekuatanmu sungguh luar biasa, kurasa kau bisa membantuku mengalahkannya."

"Tapi kami sedang terburu-buru."

"Kumohon!" Gura berlutut di depan Marine dan menarik bajunya.

Marine yang tidak tahan karena jarak yang begitu dekat dengan Gura, ia membungkuk lalu menopang dagu Gura. "Ah....  sungguh imut. Miko, aku bisa mempercepat laju kapal ini, jadi kurasa kita bisa membantunya."

"Ah... Sudahlah, baik kita akan membantunya."

-

Di kerajaan setengah manusia, beberapa wilayah sudah hancur karena ulah para naga yang sudah mulai bergerak untuk menghancurkan dunia, dan wilayah kerajaan setengah manusia menjadi yang pertama untuk dihancurkan karena jarak yang cukup dekat dengan tempat para naga dikurung.

"SEMUANYA LARI!" Teriakan-teriakan dari para penduduk di kota dekat dengan istana kerajaan terdengar membumbung ke langit. Orang-orang berlarian menghindari semburan api para naga yang membakar habis tempat tinggal mereka.

Para petinggi dari kerajaan yang berjaga di kota itu mulai bergerak dan melawan naga-naga itu.

"Sial banyak sekali."

"Botan, kau urus yang di timur, aku akan ke barat. Biar para prajurit yang mengurus para penduduk."

"Tapi, Nene, jika kita berpencar kekuatan kita tidak akan sebanding dengan jumlah naga yang menyerang ini."

"Aku tau seseorang yang cukup kuat untuk melawan seekor naga dengan mudah. Kurasa dia juga sudah mulai bergerak."

"Baiklah, aku akan mencoba menahan mereka."

Di sebelah utara kerajaan, tempat yang cukup dekat dengan istana. Beberapa naga mengelilingi puncak dari istana itu.

"Berani-beraninya kau menghancurkan toko rotiku! Hey! Kemari kau! Turun dan hadapi aku!" Pemilik toko roti Inugami sangat jengkel.

"Korosan, tenanglah." Temannya mencoba untuk meredam amarahnya yang merupakan manusia setengah kucing.

"Okayu, naga-naga sialan itu sudah menghancurkan toko roti yang sudah kubangun dengan susah payah. Aku akan membasmi mereka."

"Baiklah, baiklah." Balas Okayu dengan tenang dan sedikit tersenyum. "Aku akan membantu, karena mereka sudah membakar toko roti langgananku. Bersiaplah, Korosan!"

"HM!"

Tiga dari beberapa naga yang mengitari langit di atas istana, meluncur dengan cepat ke arah Korone dan Okayu. Naga-nga itu bersiap menyemburkan api ke arah mereka. Korone dan Okayu tidak tinggal diam, mereka melompati tembok-tembok dan atap rumah dengan cepat. Sampai di pertengahan udara Korone mengumpulkan tenaga di kepalan tangannya dan bersiap menghajar seekor naga.

"Mati kau!" Korone menghajar naga itu yang belum sempat menyemburkan api dengan sekuat tenaga hingga menimbulkan gelombang kejut kecil. Naga itu langsung melesat dengan cepat ke daratan hingga permukaan tanahnya rusak parah.

Di sisi lain Okayu menendang seekor naga tepat di tengkuk lehernya dan membuat naga itu terhempas lurus ke bawah dan menghancurkan sebuah rumah yang sudah terbakar.

Satu ekor naga tepat berada si tengah mereka menghentikan laju terbangnya dan melayang di antara mereka. Naga itu menyemburkan api ke arah Okayu dan Korone. Okayu dengan cepat menghindarinya dan mendarat. Sedangkan Korone sambil terjatuh ia menangkis semburan api itu dengan pukulan dan tendangannya.

"Korone! Kau baik-baik saja!?" Tanya Okayu yang melihat Korone terus menerus disembur oleh naga itu.

"Ya! Ini tidak seberapa!" Korone mendarat dan langsung melompat kembali ke arah naga itu. Okayu yang melihatnya juga ikut melompat. Sambil terus menghindari semburan naga itu, mereka semakin dekat dan mengumpulkan tenaga. dalam sekejap mereka sudah berada di dekat naga itu, Okayu bersiap menendang wajah sebelah kiri, Korone siap memukul wajah sebelah kanan naga itu. "RASAKAN INI!!!" Wajah naga itu menjadi gepeng dan tak berbentuk lagi. Korone dan Okayu mendarat.

"Sudah lama kita tidak bertarung seperti ini Okayu."

"Ya, mengingatkanku akan masa-masa pertarungan dengan bangsa iblis. Korone." Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, Okayu terhempas dengan sangat cepat.

"OKAYU!!!"

Seekor naga tiba-tiba muncul dihadapan Korone. "Sekarang, satu pengganggu sudah disingkirkan, aku Elira Pendora, sang naga yang dapat berkamuflase dimanapun, akan menjadi lawanmu!"

"BERANINYA KAAAAUUUU!!!" Korone berlari ke arahanya, tetapi belum sempat ia mendekat, Elira tiba-tiba menghilang. "Keluar kau! Akan kubalaskan perbuatanmu pada Okayu!"

"Hahahahaha! Coba saja, kau bahkan tidak bisa melihat keberadaanku!" Elira menyerang Korone dari belakang dengan ekornya.

"UAAARGGGHHH!" Korone terhempas, namun ia menahan tubuhnya. "Itu lumayan juga, tapi masih belum seberapa dengan beberapa lawan yang pernah kukalahkan."

Korone terkena serangan Elira lagi, dia masih sanggup untuk menahannya dan tidak mengalami luka yang serius.

"Siapa kau sebenarnya!? Seharusnya dengan seranganku tadi kau sudah mati."

Korone mengeluarkan aura aneh disekitarnya. Matanya berubah menjadi merah, taringnya juga semakin memanjang. "Sebenarnya aku tidak ingin menggunakan kemampuan ini lagi, tapi karena kau sudah membuatku sangat kesal, aku tidak akan menahan diri lagi."

"Hahahaha, omong kosong. Kau bahkan tidak bisa meli-" Korone tiba-tiba berada dihadapan Elira dengan bersiap untuk memukulnya. Elira yang terkejut, tidak bisa menghindar dan langsung terkena pukulan Korone dan terpental cukup jauh. Korone tidak tinggal diam, ia terus mengejar tubuh Elira yang bahkan belum berhenti.

"Aku akan mengakhirinya di sini!" Saat Korone akan memukul, tubuh Elira bercahaya sangat terang. Korone pun membatalkan serangannya dan berlindung dari cahaya itu. Tapi, cahaya itu semakin meluas, bahkan tidak ada satupun yang dapat menghalangi kilaunya. Para naga dan prajurit yang bertarung pun menghentikan pertarungan mereka dan berfokus ke arah cahaya itu.

"Si Elira itu sungguh berlebihan, sampai mengeluarkan kemampuan itu." Ucap salah satu naga yang juga sedang berlindung dari cahaya itu.

"Kira-kira siapa yang menjadi lawannya ya, sampai dia seperti itu?" Tanya rekan dari naga itu.

-

Di dalam menara tempat tinggal seorang dewa kematian. Miko, Mio, Fubuki, Marine, dan Gura sedang bertarung melawan penjaga yang menahan Gura untuk keluar wilayah pulau itu.

"Hhhh, hhhh." Gura tersengal-sengal.

"Tak kusangka dia sekuat ini," ucap Marine.

"Fubuki, Mio, ayo selesaikan ini secepatnya," ucap Miko.

"Gura, tidak akan kubiarkan kau pergi keluar sana." Ucap makhluk penjaga yang berupa Cthulhu dengan ukuran raksasa.

"Tapi kenapa!? Memangnya kau itu siapa!?" Tanya Gura kesal.

"Aku..." Cthulhu itu mengecil dan menjadi sesosok perempuan. "Aku adalah Ina. Aku hanya berusaha untuk menjagamu."

"Menjagaku? Aku tidak butuh penjaga!" Gura menyerang Cthulhu itu, namun ditepis dengan mudah. "Apa alasanmu untuk menjagaku yang sebenarnya!?"

"Menurut buku yang kutemukan, menjagamu adalah tugas yang harus kulakukan seumur hidupku."

"Tapi, kenapa kau mengurungku di perairan ini!?"

"Itu karena lebih mudah bagiku untuk mengawasimu. Dan di wilayah perairan ini adalah tempat yang terbaik untukmu."

"Omong kosong! Aku bisa mejaga diriku sendiri dan kau tidak berhak untuk mengatur hidupku!"

"Aku hanya menjalankan tugasku. Dan buku itu sudah memberikanku kekuatan dan tuntunan."

Gura melepaskan amarahnya, rambut dan matanya yang tadinya dihiasi warna biru, kini berubah menjadi merah darah.

"G-gura? Tenangkan dirimu." Marine khawatir.

"DIAM!" Gura mendorong Marine hingga terpental ke tembok.

"Marine!" Teriak Miko.

"Gura, sebenarnya aku juga tidak ingin melawanmu. Tapi di sisi lain aku juga harus menjalankan tugasku. Jika kau benar-benar ingin pergi dari sini, kau harus mengalahkanku." Ina mengeluarkan bukunya dan membukanya. Buku itu melayang di depan tubuhnya.

"Mikochi, apa kita harus membantunya?" Tanya Mio.

"Jika Gura tidak bisa menghentikan ini, maka kita harus membantunya, itulah kesepakatannya."

"Baiklah."

Pertarungan dahsyat pun terjadi antara Gura dan Ina, hingga membuat seluruh menara berguncang cukup hebat. Serangan demi serangan Gura luncurkan, tetapi tentakel sang penjaga terus menerus menahan serangan Gura. Gura berkali-kali memotong tentakel-tentakel itu tetapi regenerasi dari tentakel itu sangat cepat. Dalam sekejap Gura tertangkap oleh tentakel-tentakel dari Ina.

"Kau benar-benar merepotkan Gura. Tapi tenang, aku tidak akan pernah membunuhmu dengan tanganku sendiri." Ina mencengkram Gura dengan kuat. Gura berusaha melawan tetapi ia kesulitan bernafas karena lehernya dicekik sangat kuat.

Sesuatu datang dari atas menara dengan sekejap mata. Debu-debu menutupi ruangan. "Uhuk-uhuk, apa yang terjadi?" Tanya Mio yang mengipas-ngipaskan debu di depan wajahnya.

"Ribut sekali, aku tidak bisa tenang." Seseorang dari balik debu mulai terlihat.

"Calli..." Ucap Ina. "Aku tidak mau membuat masalah denganmu."

"Tapi yang kau lakukan benar-benar menggangguku. Ada apa ini? Kenapa ramai sekali di sini?"

"Sang dewa kematian, Calliope, kau mungkin tidak tau siapa aku, tapi saat itu kita berada di medan tempur yang sama." Ucap Miko.

"Jangan bilang kalian dari kerajaan manusia."

"Dulu aku memang berasal dari kerajaan manusia, tapi sekarang aku adalah seorang raja dari kerajaan setengah manusia." Ucap Miko.

"Begitu ya. Ina! Aku tahu kita sudah membuat kesepakatan untuk tidak mengganggu satu sama lain.  Dan bukankah kau sudah melanggar itu."

"Hah... Mau bagaimana lagi," Ina, sang penjaga meletakkan tubuh Gura yang sudah tidak sadarkan diri. "Aku harus menjinakkan anak ini, tapi dia berusaha melawanku bersama dengan orang-orang asing ini."

"Kau tahu konsekuensinya bukan?" Tanya Calli sambil mengeluarkan sabit besarnya.

"Tentu saja, tapi aku tidak akan menahan diri."

Calli melompat ke arah Ina bersiap untuk menyerang menggunakan sabit besarnya. Tetapi sebuah lingkaran api terbentuk tepat di tengah mereka berdua. Dan sesesosok perempuan terlihat setelah apinya padam.

"Calli, hentikan." Sesosok perempuan dengan rambut yang berselimut api, menghentikan serangan sabit besar Calli hanya dengan dua jari.

"K-kiara? Kenapa kau ke sini?"

"Siapa dia?" Tanya Ina.

"Perkenalkan, aku Kiara sang burung phoenix yang kini sudah bangkit kembali." Api di rambutnya perlahan menghilang dan menampakkan rambut yang menjuntai hingga ke pinggang dan berwarna oranye.

"Phoenix!? Omong kosong!" Ina mencoba menyerang Kiara, namun tentakelnya dapat ditangkap dengan mudah.

"Tolong hentikan, aku tidak suka pertikaian."

"Hey, Miko apa yang sedang terjadi?" Tanya Marine berbisik.

"Entahlah, sepertinya keadaan menjadi semakin rumit." Balas Miko berbisik juga.

"Aku tidak peduli!" Ina menarik tentakel yang dicengkeram Kiara, tentakel-tentakel Ina perlahan membesar dan mengeluarkan aura sihir yang sangat kuat. Wujud tubuhnya pun ikut berubah, seluruh tubuhnya diselimuti aura hitam.

"Baiklah kalau begitu." Kiara mengeluarkan pedang dan perisai dari api yang dibuat ditangannya.

"Kiara, tunggu. Makhluk itu lebih kuat dari yang kau bayangkan." Calli mengkhawatirkannya.

"Sepertinya kita juga harus bersiap." Ucap Miko sambil memasang kuda-kuda.

"Ya, aku sudah tidak sabar lagi." Ucap Fubuki.

"Ini akan menyenangkan." Ucap Mio.

"Aku akan menjaga Gura." Ucap Marine.

Pertarungan yang sangat dahsyat pun terjadi, seluruh lantai menara hancur dan membuat menara itu hampir runtuh. Hampir semuanya sudah mulai kelelahan kecuali Ina.

"Ah! Kau sudah sadar?" Tanya Marine.

"A-apa yang terjadi?" Tanya Gura, "KE-KENAPA KAU BERPAKAIAN SEPERTI ITU?" Gura terkejut melihat Marine yang memangkunya hanya dengan menggunakan sebuah bikini, lalu bangkit dan menjauh.

"Ayolah, aku tidak berbuat apapun."

"Aku tidak percaya padamu. Apa yang terjadi di sini?"

"Semuanya sedang bertarung dengan penjaga itu di atas sana."

"Sial, andai saja aku lebih kuat." Gura menunduk dan memukul lantai dengan keras. Tanpa disadari tubuhnya mengeluarkan aura kebiruan. "Penjaga sialan itu, aku akan mengalahkannya!"

"G-gura.... Tubuhmu."

"WAAAAAAAA!!!!!!" Tubuh Gura diselimuti aura kebiruan, perlahan membesar. Lalu, dari tangannya muncul sebuah trisula yang tingginya melebihi tubuhnya. "Marine, ayo kita selesaikan ini."

"Aku tidak mengerti apa yang terjadi padamu, tapi baiklah!"

"Tapi gunakan dulu pakaianmu!"

Di atas menara, Ina akan melancarkan serangan pamungkasnya yang dapat menghancurkan apapun. "Tamatlah riwayat kalian!"

Sesaat sebelum melancarkan serangannya, trisula dari Gura melesat dan mengenai salah satu tentakel Ina. Dan seketika Gura berada di dekat trisulanya. "SHAAAAA!" Gura menancapkan trisulanya ke tubuh Ina.

"Aaaaaaaaa!!!" Tubuh Ina yang tadinya diselimuti aura yang besar, perlahan menghilang dan mengembalikannya ke tubuh semulanya. Ina terjatuh dan tak bergerak.

"Akhir...nya...." Gura kehilangan kesadarannya dan terjatuh dari ketinggian. Miko menangkapnya.

"Huh.... Akhirnya selesai juga." Ucap Fubuki.

"Yang satu ini lebih merepotkan dibanding salah satu iblis yang pernah kita lawan dulu, benar kan Fubuki?" Ucap Mio.

"Calli kau tidak apa-apa?" Tanya Kiara yang pakaiannya sudah tidak utuh lagi.

"Ya, tidak kusangka dia sekuat ini." Ucap Calli sambil tersengal-sengal. "Seharusnya aku tidak mengizinkannya untuk tinggal di sini. Tapi, hiu itu, saat mereka pertama tiba di sini, kondisinya benar-benar memprihatinkan."

"Hey, Mikochi. Sepertinya sekarang kita tidak bisa tepat waktu untuk sampai ke benua manusia." Ucap Marine.

"Hhhh...hhh...tidak apa-apa. Pertarungan ini akan menjadi kisah yang seru untuk diceritakan kepada mereka nanti." Miko berdiri, "Fubuki, Mio, kalian kembalilah ke kapal. Aku merasakan sesuatu yang aneh, dan khawatir kepada Aqua."

"Baiklah." Jawab keduanya, "tapi...ini tinggi sekali. Hey, apa di sini tidak ada lift?" Tanya Fubuki ke Calli.

"Tidak, aku biasa melompat dari sini untuk turun ke bawah." Jawab Calli santai.

"Ah...tentu saja," jawab Mio. "Fubu-chan kau duluan!" Mio mendorong Fubuki.

"WAAAAAAAA!!!!!"

"Baiklah, kami tunggu kalian di kapal." Mio pun melompat menyusul Fubuki.

Di kapal, Pekora dan para prajurit lainnya berkerumun melihat sesuatu, sedangkan Aqua menjaga jarak dengan yang lainnya tetapi masih penasaran dengan apa yang mereka lihat.

"Wah, apa ya yang jatuh?"

"Sampai menembus lantai kapal ini, yang kudengar kapal ini terbuat dari kayu-kayu yang sangat kuat."

"Hey! Apa yang kau lakukan dengan wortel itu?" Tanya kepada seorang prajurit ke Pekora yang memasukkan wortel besarnya ke dalam lubang.

"Tentu saja untuk mencari tahu sesuatu peko!"

Saat sibuk mencari tahu apa yang berada di ujung lubang itu, tiba-tiba sebuah cahaya biru melesat dan mendarat di kapal itu. Kapalnya pun berguncang cukup hebat, sampai beberapa prajurit terjatuh.

"A-Apa yang terjadi!?" Tanya salah satu prajurit yang berpegangan erat di pinggir kapal.

"Hey! Siapa Kau!?" Salah satu prajurit menodongkan tombaknya ke arah seseorang yang berada di balik asap yang mengepul akibat benturan cahaya tadi.

"Ah! Aku mendarat, tapi dimana ini?" Orang itu menepuk-nepuk bajunya membersihkan debu dari asap itu, "OH! Maaf aku tidak sengaja." Seseorang berambut biru dengan sarung tangan hitam dan topi kecil di kepalanya berjalan mendekati prajurit itu.

"Jangan mendekat! Siapa kau!? Apa kau yang membuat lubang di kapal ini juga!?"

"HAH!? Apa yang kau bicarakan? Jangan seenaknya menuduh!"

Tak lama, Fubuki dan Mio menaiki kapal. "Ada apa ini?" Tanya Mio.

"Ada orang aneh tiba-tiba muncul di kapal ini, dan ada lubang di sebelah sana. Pasti dialah pelakunya!" Ucap seorang prajurit.

"Aku benar-benar tidak tahu soal lubang itu! Aku saja tidak sadar bisa berada di sini!"

"Sudah-sudah, kumohon tenanglah. Kau!" Mio menunjuk prajurit yang menodongkan tombaknya. "Cepat kembali dan biarkan kami yang urus orang ini."

"BAIK MIO-SAMA!" para prajurit itu pun pergi.

"Baiklah, bisa jelaskan, siapa dirimu dan darimana kau berasal?"

"Namaku adalah...."

-

Hari Festival sudah dimulai dan pada malam hari itu kota kerajaan manusia terlihat sangat gemerlap. Tetapi Ollie merasa sedikit sedih. Teman-temannya pun berusaha untuk membuatnya bersemangat.

"Ollie, tidak apa kita tidak bisa menunjukkan kejutan itu kepada Miko. Kita masih bisa menghibur orang-orang yang sudah jauh-jauh datang ke sini." Ucap Reine.

"Tapi, aku merencanakan ini semua untuk menyambutnya dan para setengah manusia." Ucap Ollie, lemas.

"Ollie..." Tiba -tiba terdengar suara-suara gemuruh orang dari luar istana. "Apa yang terjadi? Aku akan melihatnya." Reine menuju ke jendela untuk melihat keadaan di luar. "YA AMPUN!".

"Reine ada apa!?" Tanya Anya panik.

"Ini gawat! Ada seekor naga menuju ke sini dan menyerang rumah-rumah di kota."

"Apa!? Bagaimana bisa? Apa yang dilakukan oleh prajurit yang berjaga?" Ollie bangkit dari kursinya. "Noel, Flare, dan Shion, kalian pergilah, aku akan mengurus para penduduk bersama yang lain."

"Baik!" Jawab Noel, Flare, dan Shion serempak lalu pergi meninggalkan istana.

"Bagaimana ini bisa terjadi!?" Ollie kebingungan. "Sora, Watson. Kalian berjaga di belakang."

"Oke!"

"Reine, Anya, ayo kita juga bersiap. Berani-beraninya naga itu membuat kegaduhan di acara festival ini!"

Keadaan di luar semakin kacau, orang-orang berlarian tak tentu arah menjauhi naga besar yang terbang di atas kota.

"BERHENTI!" Teriak Noel mencoba menghentikan naga itu.

Tetapi, usaha Noel sia-sia. Naga itu justru bersiap untuk menyemburkan api ke arah mereka.

"Gawat! Noel menghindar!" Flare memperingati Noel, tetapi Noel justru berusaha untuk menahan semburan api naga itu. "Apa yang kau lakukan!?" Flare membawa paksa Noel sesaat sebelum semburan itu mengenainya. Semburan itu menghancurkan rumah-rumah yang berada di depannya.

"Oy Noel! Apa kau sudah gila!?" Ucap Shion.

"Aku bisa menahannya!" Ucap Noel.

"Bodoh! Apa kau lihat semburan tadi!? Itu bisa membuatmu hilang dalam sekejap! Kau tahu!?" Flare terlihat sangat marah.

"T-tapi aku..." Noel merasa bersalah.

"Sudah. Kita harus memancingnya ke tempat lain. Aku akan mencoba menggunakan sihir teleportasi dan membawa kita ke tempat yang lebih luas untuk bertarung." Ucap Shion.

"Baiklah. Kita akan membuatnya marah dan mengincar kita." Ucap Flare.

"Ingat, tetap dekat denganku. Ketika aku berteriak "mulai" aku akan langsung mengaktifkan teleportasinya, saat itu juga, kalian harus sentuh naga itu." Ucap Shion.

"Oke!"

"Sekarang!"

Noel dan Flare bergerak mendekati naga itu, sementara Shion menyiapkan mantera sihirnya. Flare terus menembaki naga itu dengan panahnya, naga itu terus bergerak menghindari serangan-serangan panah Flare. Noel mencoba mencari celah untuk mendekatinya. Shion perlahan melayang ke udara.

"Sekarang!?" Teriak Noel.

"Tunggu! Sebentar lagi!" Balas Shion.

Noel melompat ke arah sang naga, Flare mengikutinya. Noel mengeluarkan kemampuan pedangnya untuk mencapai sang naga untuk menghindari serangan mendadak dari sang naga, dan Noel pun berhasil menancapkan pedangnya ke tubuh sang naga.

Melihat naga yang memberontak, Flare menggunakan kemampuan memanahnya di udara untuk menyerang sayapnya, dan berhasil membuat sang naga kehilangan keseimbangan dan naga itu perlahan jatuh.

"MULAI!"

Tepat sebelum menimpa rumah yang ada di bawahnya Flare sudah mencengkram ekor sang naga, dan Shion berteleportasi di dekat kepala sang naga, menyentuhnya, dan langsung memindahkan mereka ke suatu tempat.

Shion memindahkan mereka ke wilayah bekas kerajaan iblis. Karena teleportasi yang sangat mendadak, Flare dan Noel terpental saat sang naga membentur tanah. Di sana hanya ada sinar bulan yang menyinari mereka.

"Noel, kau tidak apa-apa?" Tanya Shion.

"Y-ya, aduh punggungku." Jawab Noel sambil berusaha berdiri dan memegang punggungnya. "Pedangku!?" Noel mencari-cari pedangnya, tetapi tidak terlihat dimanapun ia memandang. "Di sini terlalu gelap! Atau mungkin, pedangku masih tertancap di tubuhnya!?"

Sang naga pun bangkit dan langsung mengeluarkan auman yang sangat keras berlangsung selama beberapa detik. "KURANG AJAR!!!"

"Dia berbicara!?" Tanya Flare yang sudah berada di dekat Noel dan Shion.

"Flare, apa kau pernah bertemu naga sebelumnya?" Tanya Noel.

"Tentu saja belum! Bagaimana denganmu, Shion? Bukankah kau sudah hidup ratusan tahun?" Tanya Flare.

"Bukan waktunya untuk mengobrol!" Shion menghindari semburan sang naga.

Flare dan Noel pun berpencar. "Sial, andai aku memiliki pedangku." Noel mengambil jalan memutar untuk mencari celah.

Flare terus berlari sambil menghujani sang naga dengan anak panah. Shion mengambil jarak agar bisa menyiapkan mantera untuk menyerang.

"AKAN KUHANCURKAN SEMUANYA!" Sang naga terus menyemburkan api ke arah Shion dan Flare. Shion menjauhi seranagan sang naga dengan melompat di udara sambil terus merapalkan mantera untuk menyerang. Setelah cukup tinggi, Shion melompat ke arah sang naga menggunakan sihirnya dan berputar-putar, dengan cepat ia melakukan serangan dengan sebuah tendangan dan menukik dengan cepat ke arah sang naga, kakinya diselimuti energi sihir, karena salah perhitungan, serangan Shion meleset dan hanya menggores sedikit lengan sang naga, tetapi menimbulkan gelombang kejut yang dahsyat akibat benturan tendangannya dengan tanah sampai membuat tanah disekitarnya hancur. "SERANGAN MACAM APA ITU!? HM!!!!???"

Dan seketika sang naga berhenti, rupanya Noel sudah menangkap ekornya.

"Kena kau! Aku tidak butuh pedang untuk melawanmu!" Noel mengangkat sang naga perlahan, "WAAAAAAA!!!!" Lalu memutarnya dengan cepat dan melemparkannya ke udara.

"Wow, aku tak tahu Noel sekuat itu." Ucap Flare yang hanya memandang dari jauh.

Sudah beberapa detik berlalu tetapi sang naga belum kunjung turun. "Hey Noel. Kemana perginya naga itu?" Tanya Shion.

"Entahlah, aku yakin melemparnya tepat ke atas kepalaku." Noel dan Shion mendongak ke atas. Saat sedang melihat ke atas langit, mereka melihat sebuah sinar, dan dengan cepat mereka menjauh dari tempat mereka berdiri.

BOOM!!!

Sesuatu jatuh tepat dimana Noel dan Shion semula berada. Karena kondisi yang cukup gelap, Flare, Shion, dan Noel mewaspadai keadaan di sekitar mereka. Mereka melihat ada sesosok bayangan yang menyerupai manusia di tempat benda itu terjatuh.

"Siapa kau!?" Flare menyiapkan busurnya.

"Aku sebenarnya tidak suka bertarung dengan wujud ini. Tetapi, hanya untuk kali ini saja aku menggunakannya." Jawab sosok itu.

"Apa kau naga tadi!?" Tanya Shion.

"Benar! Aku, sang raja naga, Kiryu Coco!" Matanya bersinar berwarna merah. "Aku, tidak, para naga akan menguasai dunia ini!" Dengan cepat Coco melompat ke arah Noel dan ia berhasil menggenggam kepala Noel dan membawanya terbang. Noel yang panik berusaha melepaskan genggaman itu.

"Lepaskan!" Noel berusaha untuk melepaskan genggaman Coco, namun genggaman itu terlalu kuat, Noel menendang perut Coco, tetapi tetap tidak berpengaruh.

"Kalau kau begitu ingin kulepaskan, akan kukabulkan." Coco melempar Noel dengan sangat kuat sehingga Noel meluncur dengan sangat cepat ke daratan.

"NOEL!" Teriak Flare. Ia berlari ke arah Noel.

"Flare, tunggu!" Shion berusaha mencegah Flare, tetapi Flare terus berlari ke arah Noel. Saat Shion akan mengejar Flare, Coco turun dihadapannya.

"Hey, seranganmu tadi lumayan, mungkin saja aku bisa mati karena itu. Biar kutunjukkan padamu bagaimana cara untuk melakukannya dengan benar!" Coco menendang perut Shion dengan sangat cepat, beruntung Shion menggunakan sihirnya untuk mengurangi dampak dari serangan itu. Shion terpental cukup jauh.

"Sial, untung saja aku menggunakan pelindung. Kalau begini, aku harus melakukannya."

"Noel! Noel! Sadarlah!" Flare menggoyang-goyangkan tubuh Noel, tetapi Noel tetap tidak sadar. Coco sudah berada di belakang Flare.

"Hahahaha! Menyerahlah! Kau tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkanku!" Ucap Coco yang menyiapkan bola api di kedua tangannya.

"Kurang ajar!" Flare berbalik dan berusaha untuk menyerang, tetapi Coco dengan cepat melemparkan bola api ke arah Flare dan membuat ledakan yang cukup besar.

"Hahahaha! Sekarang sudah berakhir. Aku akan kembali ke kerajaan manusia."

Saat asap tebal dari ledakan itu memudar, Coco terkejut melihat ada kobaran api di dalam asap itu. "A-apa apaan!?"

Rupanya Flare masih berdiri melindungi tubuh dari Noel, tubuhnya seperti terbakar dan diselimuti api. "Aku belum pernah merasakan api yang sedahsyat tadi, tapi terima kasih karena sudah memberikan kekuatan padaku."

"Apa maksudmu!?" Tanya Coco kebingunan.

"Aku, Flare, seorang Elf yang dijuluki sebagai iblis api, telah mempelajari berbagai jenis sihir api semenjak kecil. Karena itu, aku menjadi kebal terhadap segala jenis api. Mungkin, karena baru kali ini aku bertemu dengan seekor naga yang memiliki semburan api mahadahsyat, aku sedikit terkejut."

"Omong Kosong!" Coco langsung melesat ke arah Flare.

-

Sementara itu, di wilayah kerajaan. Watson dan Sora sedang mengevakuasi para penduduk menuju ke wilayah yang lebih aman.

"Cepat lewat sini!" Ucap Watson sambil melambaikan tangannya ke para penduduk yang berlarian keluar gerbang kota.

"Watson, berapa lama lagi para naga itu akan datang?" Tanya Sora.

"Berdasarkan perkiraanku, sekitar 10 menit lagi."

Saat sedang sibuk mengevakuasi, sebuah lingkaran sihir muncul dihadapan Watson.

"Watson! aku butuh bantuanmu!" Ucap Shion dibalik lingkaran sihir itu.

"Shion!? Apa yang terjadi? Kau terlihat kesusahan." Ucap Watson melihat Shion yang tersengal-sengal.

"Aku membutuhkanmu, cepatlah, yang lain sedang dalam bahaya."

"Baiklah. Sora, kuserahkan di sini padamu, sisanya tinggal 8 menit lagi."

"Baik! Serahkan padaku." Jawab Sora.

"Ayo!" Ajak Shion menggenggam tangan Watson dan menariknya ke dalam lingkaran sihir. Mereka pun pergi.

Di dalam istana Ollie, Reine, dan Anya bertemu dengan seseorang yang entah dari mana datangnya saat keluar ruang tahta.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa ke sini?!" Tanya Ollie.

"Hahaha, sungguh pertahanan yang sangat lemah, entah kalian sengaja melakukannya atau karena kalian kuat, sampai tak membutuhkan penjaga yang kuat." Seseorang dengan penutup kepala itu berdiri di depan pintu masuk ruang tahta.

"Ollie, dia memiliki aura yang sangat kejam." Ucap Reine.

"Ya, aku juga merasakannya. Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa kau!?"

"Aku?" Orang itu membuka penutup kepalanya, terlihat wajah seorang wanita dengan rambut berwarna merah yang cukup panjang. "Aku adalah Zentreya! Naga terkuat nomor dua di dunia ini!"

"Nomor dua?" Tanya Anya.

"Benar. Tuanku yang barusan menyerang kalian sudah membuat kalian lengah."

"Noel, Flare, Shion... Jadi, mereka menghadapi naga terkuat? Kuharap mereka baik-baik saja." Reine mengkhawatirkan mereka.

"Oh, jadi prajuritmu yang sudah memindahkan tuanku ke tempat lain. Aku yakin mereka semua sudah mati, hahahaha!!"

"Apa tujuan kalian?" Tanya Ollie.

"Tujuan kami? Tentu saja untuk membalaskan dendam kami yang sudah terkubur selama ribuan tahun! Terimalah ini!" Zentreya melemparkan bola api ke arah Ollie secara tiba-tiba. Reine secara cepat mengeluarkan sihir pelindung.

-

"Marine, berapa lami kita akan sampai? Kita sudah terlambat untuk hadir di festival itu. Kuharap Ollie tidak kecewa." Ucap Miko.

"Sekitar tiga puluh menit lagi. Ini sudah menggunakan kecepatan penuh kapal ini."

"Cahaya apa itu?" Tanya Fubuki yang melihat cahaya kemerahan di atas langit.

"Energi yang sangat besar..." ucap seseorang dari belakang Fubuki.

"Ah.. Sui-chan! Kau tahu berasal dari mana energi itu?" Tanya Fubuki kepada Suisei, orang yang mendarat di atas kapal Marine setelah pertarungan melawan sang penjaga, Ina.

"Tidak, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Kumpulan energi yang besar menyatu di dalam satu wilayah..." Suisei mendekap perutnya.

"S-Sui-chan, kau tidak apa-apa? Apa perutmu sakit?" Tanya Fubuki.

"He he he, HAHAHAHAHAHA!!! Ini akan menjadi sangat menarik! HAHAHA!!!" Suisei tertawa lepas dengan kedua tangannya melebar dan telapak tangannya terbuka ke atas.

"Uh..." Fubuki hanya menatapnya.

"Kita harus cepat. Aku merasakan Ollie dan yang lainnya sedang kesulitan." Ucap Miko.

"Tapi, ini sudah mencapai kecepatan maks- woooaah, a-ada apa ini?" Kapal Marine tiba-tiba berguncang.

"Serahkan ini, padaku." Seseorang mengangkat kapal Marine ke udara.

Mio melihat ke bawah kapal. "M-Marine, kapalnya!"

"Siapa yang melakukannya? OI!! Siapa yang mengangkat kapalku!?"

"INI AKU KANATA! AKU AKAN MEMBANTU KALIAN UNTUK SAMPAI KE SANA!" Kanata mencengkram kapal Marine hingga kayu kapal itu hancur. "TERBANGLAH!" Kanata melempar kapal Marine sekuat tenaga."

"WOOOOOOOOO!!!!!!"

"AKU AKAN MENYUSUL KALIAN!!!"

-

Sementara itu di Negeri setengah manusia yang sudah terlihat hancur, para pejuang yang kelelahan menahan serangan-serangan naga, dan para naga yang banyak bergeletak sejauh mata memandang, pertempuran mereka masih belumlah berakhir. Sudah berhari-hari para ras setengah manusia mempertahankan wilayah mereka.

"Hah...Hah....Korone, dia mengejar seekor naga. Semangatnya masih menggelora, tapi aku khawatir setelah ini semua selesai dengan kondisi tubuhnya."

"Okayu, aku juga sudah tidak sanggup lagi untuk mengejarnya, dan juga dia itu belum beristirahat sama sekali semenjak para naga ini menyerang. Dia sangat marah dan menghabisi lebih dari setengah naga di sini."

"Nene, kau beristirahatlah, tunggu Botan dan yang lainnya selesai mengevakuasi para penduduk."

"Okayu, kau mau kemana?" Tanya Nene, mencegah Okayu dengan menarik tangannya.

"Aku akan mengejar Korone, dan membawakannya makanan."

"Baiklah. Jaga dirimu." Nene melepaskan tangan Okayu.

Korone terus mengejar naga yang terbang di atasnya. Ia berlari untuk mendahului sang naga, ekspresi wajahnya sudah tidak lagi bisa terlihat. Korone perlahan berlari semakin cepat, ia hampir menyusul sang naga di atasnya. Korone bersiap untuk melompat. Naga yang tadinya menghindari Korone, seketika berhenti dan mencoba untuk menghadapi Korone.

Korone melompat hingga ke tempat naga itu, sang naga bersiap untuk melakukan serangan kejutan menggunakan ekornya. Berpikir kalau Korone tidak bisa menghindar di tengah udara dengan serangannya itu. Korone yang juga bersiap untuk melakukan serangan, ia melakukan lompatan di udara. Lompatan itu sangat cepat, sang naga tidak memperkirakannya dan serangan kejutan yang ia persiapkan tidak bisa dilakukan lagi. Korone melompat jauh lebih tinggi dari naga itu, menghilang dari pandangan sang naga yang terhalang awan.

"Bagaimana dia melakukan lompatan seperti itu?" Sang naga heran.

"KORONE KICK" Korone dengan cepat terjun ke arah sang naga. Dan seketika Korone melakukan pukulan ke wajah sang naga, hingga naga itu meluncur ke tanah. Korone mendarat di dekatnya.

"A-aku masih belum kalah" Naga yang terbaring itu merubah wujudnya menjadi manusia, dan seketika melompat menjauhi Korone. "Aku Selen Tatsuki sang naga yang terlahir dari cahaya rembulan, tidak akan kalah di sini." Selen memancarkan cahaya keunguan di sekitar tubuhnya.

"Akan kuhancurkan kau di sini. Aku tidak akan menahan diri lagi. PYAAAAAA." Korone juga mengeluarkan aura yang sangat dahsyat.

Malam yang mendekati fajar di lembah yang diterangi cahaya bulan dan bintang, kini menjadi medan pertempuran antara mantan prajurit yang menjadi pembuat roti dengan seekor naga.

"KORONE KICK."

"PELINDUNG CAHAYA BULAN." Serangan Korone ditahan oleh Selen dengan sihir pelindungnya. "Kenapa kau menamainya Korone Kick? Padahal kau menggunakan tinjumu?"

"BUKAN URUSANMU." Korone menjauh dari Selen, memikirkan cara untuk menghancurkan pelindungnya.

"Heh, Kau tidak akan bisa menghancurkan pelindungku ini. Bahkan sang raja naga kesulitan menghancurkannya."

Korone berpikir sejenak, melihat musuhnya yang berlindung dibalik sebuah dinding sihir berbentuk kubah yang sangat tebal. "Apa cuma itu kekuatanmu? Sangat menyedihkan sekali hanya berlindung dibalik dinding itu." Korone mencoba memprovokasi musuhnya dengan maksud mengacaukan emosinya, sehingga konsentrasi dari sihirnya melemah.

"HEH. Aku bisa bertahan di sini sampai ratusan tahun. Cobalah bertahan melawanku." Selen duduk perlahan sambil terus memperhatikan Korone yang tersengal-sengal.

Korone seketika melompat ke arah Selen dan mencoba memukul pelindungnya. Selen sedikit terkejut karena Korone yang tiba-tiba berada di atasnya.

-

Sementara itu di medan pertempuran antara Flare dan Coco semakin memanas, benar-benar panas. Tanah yang tadinya merupakan padang rumput yang sangat hijau, kini berselimut api yang menerangi malam.

"Hah... hah..." Flare tersengal-sengal, pakaian yang ia kenakan sudah hampir tak tersisa. "Aku harus mengulur waktu sampai Shion kembali. Noel, bertahanlah." Flare memegang lengan kirinya.

"Sungguh luar biasa, ini kedua kalinya aku berhadapan dengan seseorang yang mampu bertahan dari serangan-seranganku selama ini. Sudah cukup bermain-main, waktunya untuk menghabisi kalian semua." Coco mengubah telapak tangannya menjadi wujud cakar naganya. Saat akan mendekati Flare, sebuah petir menyambar di dekat mereka. "Apa itu?" Coco melihat ke arah sambaran petir itu, dan seketika ada seseorang yang mucul dihadapannya dan memukulnya. Coco terpental cukup jauh.

"N-Noel???" Flare terkejut.

"Flare, kau tidak apa-apa?" Tanya Noel. Matanya memancarkan cahaya kebiru-biruan.

"Y-ya, apa yang terjadi padamu?"

"Entahlah, aku merasakan kekuatan yang luar biasa. Gada ini, entah darimana datangnya." Noel memperlihatkan sebuah Gada yang berada ditangannya yang memancarkan listrik.

"Aku tak tahu, tapi ayo kita hajar naga itu." Ucap Flare, Noel mengangguk.

"SIAP?" Tanya Noel, bersiap untuk menyerang Coco.

"Kapanpun." Flare kambali bersemangat.

-

Di dalam istana, Ollie sudah menggunakan mode gabungannya dengan Reine dan Anya, menghadapi naga yang menginvasi istana. Kini, istana itu sudah sedikit hancur akibat pertarungan hebat keduanya. Mereka bertarung di udara saat ini, menciptakan gelombang-gelombang kejut akibat benturan yang dakibatkan dari serangan mereka.

"Pedang itu tidak akan mampu menembus kulitku, aku adalah naga yang memiliki sisik terkuat."

"Bagaimana ini Anya, Reine?"

"Entahlah Ollie, aku akan memikirkan sesuatu." Ucap Reine.

"Wujud pedangku ini sudah wujud sempurna, yang seharusnya dapat memotong apapun." Tambah Anya.

"Hahahaha, semakin lama kalian melawanku, para naga akan semakin cepat ke sini. Tentu saja aku tidak akan membiarkan kalian lari meninggalkan wilayah ini, dengan sihir teleportasi sekalipun." Zentreya tersenyum.

"Bagaimana dia tahu aku memiliki sihir teleportasi?" Tanya Reine heran.

"Reine, Anya, kurasa aku akan melakukannya." Ucap Ollie.

"Jangan bilang."

"Tubuhmu saat ini berbeda Ollie. Jangan lakukan itu."

"Heh, aku sudah dibangkitkan kembali. Dan memang tubuh ini tidaklah sempurna, lagipula, hidupku ini bisa dibilang sebuah pinjaman. Dan naga-naga ini sudah mengacaukan pesta yang sudah kutunggu-tunggu."

"Hey, kalau kalian tidak mau bertarung, bilang saja dan serahkan jiwa kalian." Ucap Zentreya yang menunggu Ollie yang tertunduk.

"Aku akan-" belum selesai Ollie berbicara, ada sebuah ledakan terdengar di tengah kota, terlihat asap yang membumbung tinggi. "Apa itu?"

-

Di tengah kota.

"Uhuk-uhuk, kalian baik-baik saja?" Ucap Marine

"WOOOH, tadi itu menyenangkan. Dimana kita?" Ucap Fubuki

"Hey, aku tau tempat ini." Ucap Suisei

"Aku juga. Ini adalah kota dimana aku dulu menjadi raja." Ucap Miko, "Kita terlempar sejauh ini? Luar biasa sekali kekuatan "malaikat jatuh" itu." Lanjutnya.

"Maksudmu Kanata?" Ucap Mio

"Apa yang terjadi di sini? Kotanya sangat sepi." Ucap Gura

"WORTELKUUUUUU." Pekora berlutut melihat wortelnya ikut hancur lebur bersama kapal.

Di tengah kegaduhan itu, Miko dan yang lainnya mencari tahu apa yang terjadi. Tetapi, Miko segera menyadari kekuatan yang keluar dari Ollie.

"Aku, akan memeriksa ke arah sana. Mio, Fubuki, ayo ikut aku."

"Baik." Jawab mereka berdua bersamaan dan berjalan mengikuti Miko ke arah pertarungan antara Ollie dan Zentreya.

"Sekarang apa?" Tanya Gura.

Suisei merasakan kekuatan dari Sora yang sedang bertarung menghalangi naga-naga yang akan menyerbu kota. "Aku akan pergi sendiri. Terserah kalian kalau mau ikut denganku atau tidak, karena aku tidak bisa memastikan keselamatan kalian jika ikut denganku." Suisei bersiap melompat ke arah Sora berada.

"Gura, ayo ikut denganku." Ucap Marine.

"TIDAK MAU!"

"E-EEEHHHH???" Marine tertunduk murung.

"Suisei, tunggu. Aku ikut denganmu." Ucap Gura.

"Apa kau yakin?"

Gura mengangguk sambil menelan ludah.

"Baiklah, apa kau butuh bantuan?"

"Maksudmu?"

Suisei pun menggenggam tangan Gura. "Kurasa kau butuh. Bersiaplah." Suisei mengambil ancang-ancang untuk melompat, pinggulnya semakin merendah ke tanah, "COMET JUMP!" Suisei dalam sekejap melompat ke angkasa.

"WAAAAAAHHHHHH."

-

Sora yang sedang bertarung sengit melawan naga-naga yang mau mendekati kota, mulai merasa terpojok. Ratusan naga masih mengepungnya, walaupun sudah puluhan naga yang tumbang.

"Kukira naga adalah makhluk yang sangat berwibawa dan suci. Apa yang terjadi?"

"Tanyakan saja pada leluhurmu!" Naga itu langsung meluncur ke arah Sora, namun Sora dapat mengantisipasi serangan itu.

"Aku, sesungguhnya tidak mau membunuh salah satu dari kalian. Tapi, aku tahu kalian juga tidak akan segan untuk membunuhku. Seperti yang dikatakan oleh raja dari negeri ini, ia hanya menginginkan kedamaian. Bahkan sang raja iblis pun juga menginginkan kedamaian."

"OMONG KOSONG!!!" 

Sora langsung dikepung oleh beberapa naga yang sudah bersiap untuk menyerangnya.

Dari atas langit mereka melihat sebuah cahaya kebiruan yang melesat ke arah mereka. Dalam hitungan detik cahaya biru itu mendarat dan menimbulkan ledakan. Beberapa naga yang berada di sekitarnya terkena sedikit ledakan tersebut langsung jatuh pingsan.

"Ah, kita sudah sampai. GURA!!!" Suisei menggoyangkan tubuh Gura yang terlihat lemas. "Gura sadarlah!"

"Ah..." Hanya itu yang bisa diucapkan Gura.

"OY SORA!!!" Sapa Suisei.

"SUI-CHAN APA ITU KAU!?"

Para naga yang masih sadar bersiap untuk menyerang Suisei dengan semburan. Karena serangan yang secara tiba-tiba itu, Suisei tidak bisa menghidarinya. Asap tebal mengepul dan membumbung ke udara.

"Rasakan itu. Berani-beraninya kau membuat teman-temanku ping-" Belum selesai salah satu naga yang menyemburkan api, ia melihat bayangan dibalik asap yang semakin meinipis.

"Hanya itu serangan kalian? Kukira akan sulit." Suisei membuat pelindung untuk Gura namun ia tak melindungi dirinya sendiri dan baju yang dikenakannya sedikit terkoyak.

"B-bagaimana bisa!?"

"Sora! Aku akan mengurus yang di sini!"

"Baik!" Sorak Sora sambil menghindari serangan-serangan naga yang menyerangnya.

"Sial, Gura cepat sadarlah!"

-

Di sebuah tempat yang tidak diketahui, Watson dan Shion berjalan mendekati sebuah istana yang megah. "Hey, Shion apa yang akan kita lakukan di sini?"

"Kita akan menemui serang putri yang menghuni istana ini."

"Putri? Aku tidak tahu di sini ada kerajaan seperti ini."

"Tempat ini sangat tersembunyi. Bahkan tidak ada di peta."

"lalu bagaimana kau menemukan ini?"

"Saat aku berlatih sihir bersama Flare, secara kebetulan kami melintas ke wilayah ini dan melihat putri yang ada di istana ini sedang kesulitan."

Saat mereka semakin dekat, ada dua penjaga yang memakai zirah penuh dan membawa tombak. Penjaga itu memiliki tubuh yang besar dan tinggi. Dua prajurit itu menyilangkan tombak mereka yang menutup pintu gerbang memasuki istana.

"Ini aku Shion. Aku yang pernah membantu putri kalian, dan aku bersama temanku mau menemuinya."

Para penjaga menarik kembali tombak mereka dan membuka gerbang.

"Te-terima kasih."

Shion dan Watson pun memasuki istana.

"Apa yang akan kita lakukan di sini?"

"Aku mau meminta sebuah minuman yang dapat membantu kita nanti."

Di depan mereka ada sebuah pintu yang menjulang sangat tinggi hingga ke langit-langit. Pintu yang sangat besar itu berwarna keemasan dan dihiasi perhiasan-perhiasan batu permata yang berwarna-warni.

"Aku penasaran seperti apa putri di istana ini. Pasti dia sangat tinggi, cantik, dan sexy," ucap Watson.

"Kau pasti akan sangat tekejut setelah melihatnya."

Mereka membuka pintu itu. Di depan mereka ada sebuah karpet merah muda yang menjulang hingga ke singgasana, jaraknya yang cukup jauh membuat mereka sulit untuk melihat sang putri.

"Apa itu sang putri?"

"Ya..." Jawab Shion singkat.

Mereka semakin mendekat. Watson terbelalak melihat sang putri. "Shion, apa kau yakin dia adalah putrinya?"

"Shhhh. Putri Luna, aku kemari untuk meminta bantuanmu."

Sang putri yang duduk menyilangkan kakinya dan mengibaskan kipas, "Siapa kau? Bantuan apa yang kau mau?"

"Oh, maaf tuan putri, aku adalah Shion, kau ingat? Waktu itu di tengah hutan, aku bersama temanku datang untuk membantu."

"OH, Shion." Sang putri berdiri dan berjalan menuruni tangga mendekati Shion. "Haaah, haaah. Lama tidak bertemu, apa dia juga temanmu?"

"Benar tuan putri."

"Shion, kenapa dia tersengal-sengal seperti itu?" Bisik Watson.

"Nanti akan kuberi tahu." Jawab Shion

"Siapa namamu?" Luna menjulurkan tangannya.

Watson menunduk dan menjabat tangan Luna. "A-aku Watson, seorang ahli strategi dari kerajaan manusia."

"Senang bertemu denganmu." Luna melepas genggamannya. "Jadi, apa yang kau butuhkan Shion?"

"Aku hanya ingin sebuah minuman yang dapat memulihkan tenaga dan energi sihir."

"Oh, minuman itu lagi? Baiklah. Tapi untuk apa?"

"Kami sedang berhadapn dengan makhluk yang sangat kuat. Dan kami sedang kesulitan untuk melawannya. Aku butuh energi yang sangat banyak untuk mengakhiri ini."

"Begitu ya. Berapa banyak yang kau butuhkan?"

"Sepuluh botol saja sudah cukup."

"Baiklah. SEPULUH BOTOL MINUMAN MANSI DATANGLAH." Seberkas cahaya muncul dihadapan Luna, dan botol-botol berisi minuman bermunculan.

"APAAAA???" Watson terkejut melihatnya.

"Apa ada lagi yang kau butuhkan?" tanya Luna.

"Tidak ada. Terima kasih banyak." Shion dan Watson mengambil botol-botol itu."

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi." Luna berbalik badan. "Oh, bantu aku menaiki tangga ini." Watson menatap Shion.

"Oh, tentu putri Luna." Watson menggendong sang putri hingga singgasana.

"Semoga beruntung kalian semua."

Watson dan Shion meninggalkan istana.

"Apa-apaan kekuatan dia itu?" Tanya Watson

"Ya, dia dapat mengabulkan apapun yang dia ucapkan."

"APA!? kekuatan itu ada di dunia ini? Lalu kenapa kita tidak meminta dia untuk menghilangkan para naga?"

"Masalahanya adalah, ia tidak akan mau menggunakan kekuatannya untuk apapun yang dapat mempengaruhi makhluk hidup."

"Lalu, kenapa dia tidak ikut dalam pertempuran?"

"Seperti yang kau lihat. Dia sangat kecil, dan staminanya itu juga sangat rendah. Kekuatan yang sebesar itu benar-benar cocok."

"Bukankah dia memiliki banyak prajurit?"

"Setelah insiden itu, Luna memutuskan untuk tidak lagi keluar istana."

"Insiden?"

"Benar, insiden saat ia tersesat di tengah hutan. Saat itu mereka sedang melawan para iblis. Namun, karena kecerobohan salah seorang prajurit, Luna terpisah dari kelompoknya."

"Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tahu. Hanya itu yang Luna ceritakan padaku." Shion menghentikan langkahnya. "Baiklah, Watson apa kau siap?"

"Kapanpun. Aku tidak bisa menjamin ini akan berjalan mulus. Jadi lindungi aku saat aku melakukannya."

"Tentu saja!" Shion membuat lubang untuk berpindah tempat. "LOMPAAAT!" Shion dan Watson secara bersamaan melompat ke dalam lubang tersebut.

Mereka sampai di tempat dimana Flare dan lainnya bertarung. Tempat itu benar-benar sudah tidak terlihat hijau lagi, petir menyambar langit, dan angin kencang terus berhembus.

Watson dan Shion melihat pertempuran Flare dan Noel melawan Coco. "Pertarungan yang sangat luar biasa. Sepertinya di sini sudah cukup bagus." Ucap Watson.

"Baiklah, aku akan mencoba sedikit menjauhkannya dari jangkauanmu."

"Aku akan menyelimuti wilayah ini dengan sihirku. Jadi, aku bisa menggunakan sihirku dengan tepat. Kau pasti bisa melihat sihirku kan Shion? Jangan membawanya keluar dari wilayah ini, aku butuh waktu untuk menyelesaikan mantra sihir ini."

Shion mengangguk.

"Baiklah. Aku bergantung padamu."

Shion datang mendekati Flare dan Noel di udara.

"Noel!? kau bisa melayang di udara?" Ucap Shion yang kaget melihat Noel.

"Ah... ya aku mendapatkan kekuatan aneh dari gada ini."

"Shion darimana saja kau? Aku hampir kehabisan energi sihir." Ucap Flare.

"Aku memnita bantuan Watson untuk menggunakan sihirnya yang luar biasa itu."

"Maksudmu..."

"Benar. Sihir untuk mengendalikan waktu!"

-

Di tempat yang tidak diketahui, ada lima entitas yang sedang berdebat.

"Hey lihat itu Kronii. Salah satu dari mereka akan bermain-main dengan waktu."

Kronii adalah seorang penguasa waktu. Ia dapat dengan bebas mengendalikan waktu.

"Aku, sebenarnya mau melihatnya terlebih dulu. Bagaimana denganmu sendiri Fauna? mereka akan menghancurkan dunia yang indah itu."

Fauna adalah penguasa alam. Ia dapat memperbaiki suatu organisme yang rusak atau membuat organisme baru.

"Jika kau tidak mau terlibat, aku juga tidak akan menghentikan mereka."

"Kalian semua sangat payah. Kalau begitu akan kuhancurkan mereka sekaligus!" Ucap salah satu dari mereka.

"Baelz! Aku tidak akan membiarkanmu membunuh mereka. Jika kau akan melakukannya, maka kau harus melawanku."

Baelz adalah sang pembuat kekacauan. Dia memiliki kekuatan yang sangat luar biasa walaupun memiliki tubuh yang lebih kecil dibanding yang lainnya. Dan juga penampilannya seperti tikus.

"Diam kau Mumei! Aku tidak akan segan!" Jawab Baelz.

Mumei adalah penguasa peradaban. Seorang penguasa yang memilki kebijaksanaan tinggi. Wujudnya menyerupai burung hantu, ia juga merupakan pelindung peradaban.

"Aku tidak akan membiarkan peradaban yang saat ini ada hancur begitu saja!" Jawab Mumei.

Baelz dan Mumei saling adu tatap.

"Sudah sudah. Keadaan di sana memang terlihat rumit. Di satu sisi manusia ingin kedamaian. Di sisi lain para naga ingin kebebasan." Salah satu dari penguasa mencoba melerai.

"Lalu apa tanggapanmu Sana?" Tanya Fauna.

Sana adalah penguasa alam semesta. Ia bertugas untuk mengawasi planet-planet yang ada di galaksi ini. tubuhnya dapat membesar hingga melebihi planet Jupiter, atau bahkan matahari.

"Entahlah, seperti kata Kronii kita lihat saja terlebih dulu."

Para dewi yang berdebat itu akhirnya sepakat untuk mengawasi keadaan, jika ada salah satu dari mereka yang melawan alam, mereka setuju untuk menghentikan peperangan dan mencoba untuk memperbaiki keadaan.


~To Be Continued (maybe)~



Comments

Popular posts from this blog

Final Fantasy XII cara mendapatkan Item Weapon, Armor, Aksesoris Terkuat (termasuk versi Zodiac Age/IZJS)

Banyak variasi item weapon, armor dan aksesoris di dalam Final Fantasy dan yang menjadi pembahasan di sini adalah Final Fantasy XII. Tentu untuk mendapatkan beberapa item membutuhkan waktu dan mungkin hanya bisa didapatkan di penghujung permainan. Item-item ini biasanya memiliki stats dan efek yang sangat luar biasa, sepadan dengan jalannya permainan. Tpi, tentunya tidak akan mudah untuk mendapatkannya. Berikut beberapa item terkuat di Final Fantasy XII, termasuk versi Zodiac Age atau International Zodiac Job System. -WEAPON 1. Sword (1H)      Dalam Final Fantasy XII sword terkuat yaitu Deathbringer, Stoneblade dan Durandal dalam versi Zodiac Age yang terkuat yaitu Great Trango atau dalam versi IZJS disebut Trango Tower. Deathbringer merupakan pedang atau sword (1H) yang memiliki efek death.  Cara mendapatkan Deathbringer: - Mencuri atau steal dari monster rare bernama Ithuno di Barheim Passage.  - Dijual di Balfonheim Port seharga 16.000G.      Cara Mendapatkan Stoneblad

FINAL FANTASY XII - Rahasia dan Bagaimana Cara Mendapatkannya

Kali ini gue bakal bahas tentang game favorit gue yap, mario bros. hehe, ngga lah  gue bukan clickbaiters seperti yang disajikan pada judul topik di atas, Final Fantasy XII atau 12 (dua belas), baik di seri biasa maupun seri zodiac age/Internationa Zodiac Job System (di jepang). So, apa yang menarik dari game ini? Jujur aja sih, ini game open world pertama gue dan konsep yang beda dari seri Final Fantasy sebelumnya yang kalo ketemu musuh ada transisi ke mode battle, di sini mode battle itu dihilangkan dan player langsung bisa berhadapan dengan musuh. Ngga cuma itu yang menarik, ternyata ada banyak rahasia di dalam game ini, berikut beberapa di antaranya, check it out guys. 1. Zodiac Spear Senjata tipe Spear ini adalah yang terkuat dalam game ini. Di dalam versi original (OG), cara untuk mendapatkan senjata ini adalah dengan menghindari beberapa hal, yaitu JANGAN membuka peti-peti berikut: 1) Peti di Lowtown, dekat Dalan's palace 2) Peti sebelum mendapatkan

Monster Rancher 2 Gameshark Codes Cheat Training Stats 100% Working PS1/PSX

 This is my monster rancher 2 gameshark I often use. #golden peach on item slot 19 (must have max lvl house) 80099284 001A #training stats Boost (+99) note (1) 800DA098 0063 800DA09A 24A5 #Mint leaf on item slot 20 (must have max lvl house) 80099288 0012 #Worse Nature (for unlocking certain technique) 30097A59 00A4 # Max lif 80097A20 03E7 # Max Pow 80097A22 03E7 # Max Int 80097A24 03E7 # Max Spd 80097A28 03E7 # Max Def 80097A2A 03E7 #GUTS (R2) D00938AE 0002 801FFCFC 00FF # Never tired 30097A37 0000 #Max skill 80097A26 03E7 #Max Funds 80098FBC E0FF 80098FBE 05F5 #All Monster Cards 5000CC02 0000 8009908C 0101 #Full Zooming In View Mode D001C3CC 2821 8001C3D0 0000 D001C3CC 2821 8001C3D2 0000 #Max Monster Health (In-Battle) 801FFCDC 03E7 #100% Loyalty & 'Even' Status 80097A3C 00F3 #Wild Monster Life Drain (Press L2) D00938AE 0001 801FFC74 0000 #Unlock All CD's 50002601 0000 30099386 0001   #Activation Code For All Techniq