Skip to main content

Kenapa Lucid Dream "BERBAHAYA"?

Hololive Indonesia Gen 2 Fanfic | Festival Sekolah

Sekolah SMA 35 sebentar lagi akan mengadakan sebuah festival sekolah yang merupakan acara rutin yang dilakukan setiap ujian akhir akan diselenggarakan. Bel pelajaran pertama pun berbunyi, seluruh siswa-siswi berlarian menuju ke kelasnya masing-masing, terutama kelas 3-B, karena pelajaran pertama mereka dimulai dengan pelajaran seorang guru killer.

"Baiklah, sepertinya semuanya sudah masuk. Ollie, tumben sekali kamu masuk." Ucap guru killer yang bernama Reine. Ollie adalah salah satu murid yang paling bermasalah di kelas ini.

"Lagi bosen aja bu." Celetuk Ollie sekenanya.

Reine sebenarnya sedikit jengkel mendengarnya, tapi dia berusaha untuk tetap menjaga martabatnya sebagai guru, apalagi sebentar lagi akan ada murid baru yang masuk. "Baiklah, sebelum pelajaran dimulai, kalian akan mendapatkan teman baru. Anya, silakan masuk."

Seorang gadis dengan rambut yang cukup panjang dan tebal memasuki ruangan. Ia hanya tertunduk dan berdiri di samping Reine.

"Ayo, perkenalkan dirimu. Jangan malu," ucap Reine.

Anya perlahan mengangkat kepalanya, seperti sebuah jamur yang menyambut pagi "Sa-salam kenal. Namaku Anya. Aku baru saja pindah ke sini beberapa hari lalu."

"Perkenalan yang bagus Anya. Sekarang, tempat dudukmu ada di...." Reine melihat ke sekeliling ruangan. Satu-satunya kursi yang kosong hanya ada di samping Ollie. Reine merasa sedikit kasihan kepada Anya. "Di sana!" Tak ada pilihan lain Reine menunjuk ke kursi kosong di sebelah Ollie.

Anya berjalan perlahan dan tetap tertunduk menuju kursi yang dimaksud.

"OLLIE!" Teriak Reine, Anya berhenti berjalan. "Awas kalau macam-macam."

"Baik bu," jawab Ollie sekenanya.

Pelajaran pun berlangsung, lima menit pertama tak terjadi apapun, Reine terus menerangkan pelajaran. Lima menit berikutnya, Ollie sudah mulai bosan dan melirik-lirik ke arah Anya dan memperhatikannya menulis sesuatu. Sepuluh menit berikutnya Ollie sudah tertidur.

Reine yang melihatnya, menyuruh murid yang lain untuk diam. Reine diam-diam menuju ke meja Ollie. "DENGAN BEGITU!!!" Teriak Reine sambil menggebrak meja Ollie. Ollie yang tertidur langsung tersentak dan kakinya terpentok kaki meja.

"Aw, aw, aw." Ollie mengelu-elus kakinya. Murid yang lain tertawa kecuali Anya.

Jam pelajaran pun berakhir, Anya yang baru saja masuk ke sekolah itu pergi berjalan-jalan sendiri, meskipun orang lain banyak memperhatikannya karena ia tidak menggunakan sepatunya yang ditinggalkan di dalam kelas. Anya tak peduli dengan tatapan orang-orang dan terus berjalan hingga sampai di toilet.

Anya membasuh mukanya, dan tiba-tiba Ollie sudah ada di belakangnya.

"Elu! Anya bukan!?" Ollie bertanya sedikit meninggikan suaranya.

"Iya, ada apa?" Jawabnya tanpa menengok ke arah Ollie dan menatapnya dari kaca.

"Kenapa lu ga ngetawain gue juga tadi?!" Ollie menghampiri Anya.

"Hah!? Ngapain?"

"Lu anak baru jangan sombong ya!?" Ollie memutar badan Anya dengan paksa.

Anya hanya menatap Ollie dengan tatapan datar.

Ollie semakin geram dan emosinya memuncak. Ia melihat ke kaki Anya, "sepatu lu mana!? Apa lu terlalu malu buat make sepatu lu yang agak berdebu itu? Ha ha ha ha ha!!!"

"Masalah lu apa? Emangnya kenapa kalo gue ga pake sepatu?"

"Uhhhhh!!!!!!" Ollie mengangkat tangannya ingin menampar Anya.

"OLLIE!!!" Reine menahan tangan Ollie. "Kalian berdua ikut ke ruang guru, SEKARANG!" Reine menarik tangan Ollie, Anya mengikuti mereka dari belakang, murid-murid lain sudah berkumpul di dekat toilet memperhatikan mereka.

"Ollie! Udah ibu bilang jangan bikin masalah!" Bentak Reine di dalam ruang guru yang sedang kosong.

"Bukan salah Ollie, dianya aja yang ga nanggepin Ollie."

"Lagian kenapa tiba-tiba dateng di belakang orang dan ngoceh ga jelas!?" Balas Anya

"Udah-udah! Ollie, balik ke kelas sana!" Lerai Reine. Ollie mendengus dan berjalan keluar ruangan begitu saja. "Anya, kenapa sepatumu dilepas?"

"Oh, ini udah kebiasaan Anya bu. Orangtua Anya juga udah ngehubungin kepala sekolah buat ngasih tau soal ini."

"Oh... Yaudah kalo gitu kamu juga ke kelas, sebentar lagi bel masuk." Anya membalas dengan anggukan lemah.

Pelajaran akhir telah selesai dan seluruh kelas akan menentukan apa yang ingin mereka persembahkan di dalam festival sekolah nanti. Kelas Ollie saat ini sedang kebingungan untuk menentukan apa yang akan mereka persembahkan.

"Temen-temen! Gimana nih? Ada yang punya usul buat bikin apa di festival nanti?" Tanya ketua kelas yang memiliki rambut pirang yang dihiasai dengan jepitan rambut berupa palet lukis.

"Bikin maid cafe!" Seru salah seorang murid yang memiliki rambut lebat, panjang dan halus terurai.

"Bikin maid cafe tapi penuh kacang-kacangan!" Seru murid lainnya yang memiliki kalung berupa biji pohon ek.

"Apaan sih!? kenapa maid cafe semua? yang lebih seru gitu loh."

"Gimana kalo pentas drama komedi?" Tanya seorang murid cowok berjaket hitam yang mengalungkan sebuah headset di lehernya.

"Boleh tuh setuju, kan di sini banyak komedian, huhihuhi." Seorang murid yang sedang mengunyah apel menyetujuinya.

"Oke, kayaknya gue list dulu ya di papan tulis." Si ketua kelas agak kesusahan menghapus coretan papan tulis yang berada di bagian atas, dia membiarkannya begitu saja dan mulai menuliskan daftar ide untuk dipersembahkan pada saat festival. "Ollie, kamu ga punya ide apa gitu? Kan kamu yang paling berani di sini."

"Ga ada, gue ikutin kemauan kalian aja."

"Oke kalo gitu. Anya, kamu kan baru di sini, apa ada yang mau kamu lakuin di festival nanti?"

"Sebenernya ada sih, aku pengen masuk ke rumah hantu. Aku belum pernah ngerasain masuk ke dalem rumah hantu. Di sekolahku dulu ada tapi aku ga ikutan soalnya tiba-tiba sakit di hari itu."

"Rumah hantu ya? Boleh juga sih..."

Belum selesai ketua kelas berbicara, Anya menambahkan, "lagian kan di sini ada yang ketawanya kayak setan." Anya menghadap ke arah Ollie.

"MAKSUD LO APA!!???" Ollie berdiri dengan cepat dan langsung menghampiri meja Anya. Orang-orang yang duduk di dekat mereka pun mencoba melerai mereka.

"Eh, eh udah udah kenapa jadi pada berantem?" Kata salah seorang murid yang mencoba melerai mereka yang memiliki rambut jabrik seperti nanas.

"LO JANGAN SOK JAGOAN YA!!!" Ollie menunjuk-nunjuk Anya.

"Ollie sabar." Salah seroang temannya berusaha menenangkan.

"LEPASIN!!" Ollie memberontak.

"WOY DIEM!!!" Ketua kelas menggebrak meja. Seketika suasana kelas menjadi hening, belum pernah ada yang melihat ketua kelas marah, dan dirumorkan kalau dia sampai marah nyawa taruhannya. Ollie berdiri beberapa detik di samping meja Anya sebelum kembali ke bangkunya. "Ehem! Sampe mana tadi?" Hening selama 5 detik, "oh ya, rumah hantu. Masukin daftar dulu ya. Ada lagi saran?"

Seisi kelas hanya terdiam selama sepuluh detik, "Oke kalo gitu kita langsung vote aja ya. Kalian tulis di sobekan kertas nanti yang paling banyak, bakal langsung diajuin ke panitia, Oke?"

"OKE!" Jawab sekelas kompak.

Dari hasil votingan menunjukkan kalau hasil votingan seimbang antara maid cafe dengan rumah hantu. Mereka pun diminta untuk memvoting lagi, hasilnya tetap sama. "Kayaknya ada yang ga beres. Bentar." Ketua kelas menghitung jumlah voting dengan jumlah siswa yang berada di kelas. "Ah, benerkan, kurang satu, siapa yang ga ngevote? Cepet angkat tangan!"

Ollie mengangkat tangannya, "gue yang ga ngevote."

"Kenapa ga ngevote?" Tanya ketua kelas.

"Kan gue udah bilang, gue ngikutin kemauan kalian aja," jawab Ollie santai.

Si ketua kelas menghampiri Ollie, "cepet vote atau ga..." Ketua kelas mengepalkan tangannya di depan wajah Ollie.

"I-iya iya."

"Oke, besok gue umumin hasil votingnya. Sekarang gue mau ngasih ke panitia dulu."

Kelas pun bubar.

Keesokan harinya setelah jam pelajaran, ketua kelas mengumumkan hasil dari voting kemarin, "temen-temen, kemaren karena rumah hantu udah ada kelas yang ngajuin duluan, akhirnya kita bakal ngadain maid cafe!"

"YEEEESSSSS!" Para murid pria bersorak bergembira.

"Semua harus berpartisipasi ya, kalo ga bakal ngerasain akibatnya." Seluruh kelas terdiam mengangguk pelan, "oke, kalo gitu mulai besok kita udah mulai bikin konsep dan dekorasinya, oke!?"

"OKE!!!" Sekelas kompak menjawab.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Seluruh kelas terlihat sangat sibuk untuk mempersiapkan festival yang sudah dinantikan. Ollie pun turut membantu dengan sedikit paksaan.

Ollie memasang hiasan-hiasan di atas jendela menggunakan tangga. Anya membantu membuat dekorasi bersama dengan yang lainnya. Melihat teman-temannya yang terlihat santai mengerjakan sesuatu dengan duduk-duduk, Ollie sedikit jengkel, karena jengkel pijakan Ollie sedikit meleset hingga membuatnya terjatuh.

Anya yang berada tepat di bawahnya dengan cepat menahan tubuh Ollie, teman-temannya yang lain pun ikut berdiri. "Lu gapapa?" Tanya Anya yang sedang keberatan menahan tubuh Ollie.

"G-gue gapapa!" Ollie pun berusaha membenarkan posisi tubuhnya. "Udah lanjut sana bantu yang lain!" Ollie langsung menaiki tangga untuk melanjutkan menghias.

Anya hanya memperhatikannya lalu kembali duduk mengerjakan tugas membuat dekorasi. Saat sedang sibuk-sibuknya mengerjakan, tiba-tiba Anya merasa tidak enak badan dan menahannya agar tak terlihat oleh teman-temannya. Tetapi, gerak-gerik Anya mulai terlihat mencurigakan.

"Nya, lo gapapa?" Tanya teman di sampingnya yang melihat gerakan Anya menjadi tidak beraturan.

"Gue gapapa kok." Anya berusaha untuk fokus. Namun tak berapa lama tubuhnya mulai bergetar.

"Nya? Anya?" Tanya temannya sambil mengenggam bahu Anya.

Tak lama Anya terjatuh tak sadarkan diri. Teman-temannya pun panik dan segera membawanya ke UKS.

Anya perlahan membuka matanya, melihat ke sekelilingnya dan di sampingnya sudah ada Reine yang sedang duduk membaca buku.

"Oh, rupanya kamu sudah sadar,' ucap Reine yang melihat gerakan kepala Anya dari pelupuk matanya dan menutup bukunya.

"Kok saya ada di sini bu?" Tanya Anya sedikit kebingungan.

"Tadi kamu pingsan di kelas. Temen-temen kamu langsung bawa kamu kesini." Reine berdiri, "ibu ke ruang guru dulu ya, itu ibu udah bawa makanan dimakan dulu aja dan juga ada obat disebelahnya. Jangan banyak gerak, sementara kamu di sini dulu." Anya hanya menjawabnya dengan anggukan kecil, Reine pun meninggalkan ruangan.

Tak berapa lama Reine pergi seseorang memasuki UKS.

"Kalo ga kuat jangan dipaksain ya lain kali!" Ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu dan perlahan menuju tempat tidur Anya yang tertutup tirai putih. "Gue kesini mau kasih tau lu sesuatu."

"Ah ternyata si Ollie. Mau ngomong apa sih?" Anya menatap Ollie dengan tatapan datar.

"Maksud lo apa SI OLLIE!? Denger ya! Gue udah capek-capek ngebantuin. Kalo lo sampe ga dateng ke festival nanti awas aja!"

"Ya terserah gue mau dateng apa ngga."

"Awas lo ya!" Ollie langsung meninggalkan Anya begitu saja.

Setelah setengah jam berada di ruang UKS, Anya kembali ke ruang kelas. Anya melihat ruang kelasnya sudah cukup berbeda setengahnya.

"Anya! Lu udah baikan?" Tanya temannya yang berkalung biji pohon ek.

"Iya gue udah baikan kok. Gimana? Udah selesai kah?"

"Belom nih, nanti habis ini ketua kelas bakal bagi-bagiin tugas yang bakal ngejalanin cafe-nya."

"Oh, oke."

Setelah persiapan hampir selesai dan jam sudah mulai sore, ketua kelas mulai mengumumkan tugas-tugas kepada murid yang lain.

"Gue yang bakal nyiapin kostum maidnya nanti. Ollie lu harus jadi maid!" Ucap ketua kelas

"HAH!? Ngga ngga ngga, gue ga mau!"

"Gue udah bilang ke bu Reine kalo nilai lu bakal ditambah dan dipastiin lulus kalo mau ngelakuin ini. Soalnya bu Reine yang bakal ngehias kalian nanti."

Ollie berpikir sejenak. Mengetahui nilainya yang sangat buruk ditambah kehadirannya yang jarang-jarang mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk memperbaikinya.

"O-oke deh gue mau..." Jawab Ollie pelan.

"Apa!? Ga kedengeran!!!"

"OKE GUE MAU!!!!"

"Oke kalo gitu udah diputusin, besok tinggal nyelesaiin semua dekorasi dan lain-lainnya."

Setelah itu ketua kelas membagikan tugas lain kepada murid-murid lainnya.

Jam sudah menunjukkan waktu sore, para murid satu per satu mulai meninggalkan sekolah. Hingga tersisa dua murid yaitu Ollie dan Anya. Anya mendapatkan giliran piket tetapi ia masih harus merapikan beberapa bagian sedangkan Ollie...

"Tumben lu belom balik?" Tanya Anya sambil merapikan isi tasnya.

"E-emangnya kenapa? Suka suka gue." Ollie gelagapan tak mau niatnya terbongkar.

"Yaudah, gue duluan ya." Anya bangkit dari bangkunya dan mendorong bangkunya masuk ke dalam meja.

"Eh! Tunggu!" Ollie menarik tangan Anya mencegahnya pergi.

"Kenapa lagi?" Tanya Anya menduga ia akan dirundung lagi.

"M-makasih ya buat yang tadi." Ollie mengucapkannya dengan nada yang sangat pelan.

"Hah!? Lu ngomong apa sih?" Tanya Anya yang tak mendengar suaranya dengan jelas.

"Pokoknya lo harus dateng ke festival!" Ollie langsung bergegas meninggalkan Anya begitu saja.

"Ga jelas banget si tuh orang." Anya berjalan keluar kelas sambil tersenyum kecil.

Hari festival pun tiba. Baru beberapa menit festival dibuka, kelas Ollie sudah dipenuhi orang-orang. Bukan karena menu makanan yang disajikan melainkan karena pemandangan yang disajikan.

"Buset, gila bener." Itulah kata-kata yang sering keluar ketika pria-pria mendatangi kelas mereka.

"Si Ollie beda banget njir! Mantap cuk!" Ucap salah satu pelanggan yang sudah duduk di salah satu meja ketika melihat Ollie mengenakan pakaian seorang maid.

"Heh! Awas lo ya!" Ollie menggebrak mejanya.

"OLLIE!" Si ketua kelas membentak Ollie.

"M-maaf! Selamat menikmati makananya! Hehehe." Ucap Ollie kepada pelanggan itu dengan tatapan menyeramkan.

Hari sudah mulai gelap, dan puncak dari festival hampir tiba. Setelah melewati kegiatan yang melelahkan, kelas Ollie merayakannya. "Semuanya! Terima kasih atas kerja kerasnya!" Ucap ketua kelas dengan penuh semangat, murid lainnya pun menyambut dengan tepuk tangan. "Sebagian besar karena Ollie, banyak pelanggan ke sini gara-gara mau ngeliat Ollie."

"Ya gimana ga mau ngeliat, Ollie keliatan mantep banget pake baju maid," ucap si rambut nanas. Kepalanya langsung kena pukul Ollie.

"Tapi semua juga udah berusaha keras. Sekarang kita bisa bebas," ucap ketua kelas dan seluruh kelas pun bubar setelah membereskan sisa-sisa kekacauan di dalam kelas.

Ollie menghampiri Anya yang sedang melihat keluar jendela. "Anya ikut gue!" Ollie menarik tangan Anya.

"Eh! Apa nih?" Anya hanya pasrah dan mengikutinya.

"Ikut gue ke rumah hantu."

"Loh kenapa nggak sendiri aja?"

"Bukannya lo mau masuk ke rumah hantu?" Ollie menghentikan langkahnya.

"Iya sih, tapi kayak ada yang ga beres kalo lo yang ngajak."

"Udah ikut aja! Atau gue tinggal!"

"Yaudah deh, daripada sendirian juga."

Di depan rumah hantu mereka bertemu dengan bu Reine sendirian mengenakan pakaian yang sangat sederhana.

"Loh bu Reine? Kok diem aja di sini?" Tanya Ollie.

"E-eh e-engga kok c-cuma lagi nunggu temen aja, hehe." Jawab Reine kaget dan berusaha menyembunyikan ketakutannya.

"Ibu mau masuk juga?" Tanya Anya.

"Em...uh...gimana ya? Temen ibu kayaknya juga mau dateng sebentar lagi."

"Hmmmm? Udah ikut kita aja bu, ayo!" Ollie pun ikut menarik tangan Reine memasuki rumah hantu.

"E-eh t-tunggu!" Reine berusaha menolak tetapi tenaga Ollie lebih besar dan mereka juga sudah memasuki wilayah rumah hantu.

Suasana yang sangat mencekam, mereka langsung dihadapi oleh lorong yang hanya dihiasi lilin kecil dengan jarak yang sangat jarang sehingga pandangan mereka terbatas.

"A-anya lo duluan ya," ucap Ollie.

"Loh kok gue? Kan lo yang ngajak."

"Ta-tapi tapi tapi kan lo yang paling mau masuk ke sini."

"Jangan bilang lo juga..."

"U-udah, biar ibu yang jalan duluan." Reine mencegah pertikaian mereka, meskipun Reine juga ketakutan.

Mereka berjalan dengan sangat berhati-hati, satu lilin, dua lilin, tiga lilin mereka lalui dengan aman dan tidak terjadi apapun.

"Apa ini ga nyeremin sama sekali!" Ollie menjadi sombong. Tiba-tiba dari samping Ollie, terlihat wajah yang menyeramkan. "WAAAAAAAA!!!!!" Ollie menjerit sangat keras dan terjatuh, membuat Anya dan Reine menghentikan langkah dan menghampirinya.

"Lo kenapa?" Tanya Anya berjongkok di depannya.

"Ka-kalian emang ga liat! Ta-tadi tadi ada kepala!"

"Ja-jangan ngarang kamu, ibu ga liat apa-apa kok." Reine sedikit panik.

Ollie pun berdiri dan mereka berjalan kembali, tapi kali ini Ollie berada di tengah. "Ka-kalian jangan jauh-jauh dong," ucap Ollie sambil menengok ke kanan-kiri dinding yang ada di sepanjang jalan.

"Emang segini belom deket?" Tanya Anya yang berdiri dibelakangnya hanya beberapa senti sampai tubuhnya menempel ke tubuh Ollie.

"Tangannu juga udah erat banget megang baju ibu gini." Lanjut Reine yang sedikit risih karena genggaman Ollie yang sangat erat.

"WAAAAAA!" Ollie dan Reine berteriak hampir bersamaan ketika terdengar suara ketukan keras dari balik tembok yang ada didepannya.

"I-itu itu suara apaan?" Tanya Ollie yang kini memejamkan matanya dibalik tubuh Reine, genggamannya semakin erat.

"O-Ollie... I-ibu ga bisa nafas..." Reine merasa lehernya sedikit tercekik karena tarikan Ollie di bajunya.

"Ma-maaf." Ollie meregangkan genggamannya.

"A-anya kamu duluan deh," ucap Reine.

"Kalian ini emang payah." Anya pun melangkah maju, Ollie berada di belakangnya diikuti Reine.

Setelah berbelok dari dinding itu, cahaya kemerahan menyelimuti lorong dan suara-suara hantu juga mulai bermuculan.

"Eeek!!" Ollie sangat ketakutan dan menahan pundak Anya.

"Kayaknya sebentar lagi kita bakal keluar," ucap Anya, melihat ujung dari lorong yang berwarna merah itu ada sebuah pintu yang terbuka namun terlihat gelap di dalamnya.

"A-ayo jalan," ucap Ollie.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, ada sebuah bayangan hitam melintas melewati pintu keluar itu.

"WAAAAAAAA!" Ollie langsung menunduk dan Reine juga menutup matanya dengan kedua mata.

"Oi, ini kita kapan keluarnya?" Anya melihat ke arah Ollie dan Reine.

"Ga mau..." Ollie merintih.

"O-Ollie ayo kita sebentar lagi sampe loh." Reine berusaha membangkitkan semangat Ollie setelah menahan rasa takutnya. Tetapi Ollie masih tetap merunduk.

"Ollie Ollie Ollie ga bisa huaa aaa." Ollie tidak bisa lagi menahan rasa takutnya dan menangis.

"Gimana nih bu? Anya panggil temen-temen aja kali ya?" Tanya Anya.

"Ngga ngga! Jangan panggil yang lain!" Ollie tiba-tiba langsung bangkit dan mengusap-usap wajahnya. "Gue harus lewatin ini."

Baru beberapa langkah berjalan lagi tiba-tiba sebuah benda jatuh dihadapan mereka, "KYAAAAAA!!!" Ollie menjerit lagi dan membenamkan kepalanya dibalik Anya.

"Apa sih? Itu cuma boneka." Mereka berjalan lagi tetapi Ollie masih membenamkan wajahnya.

"Ollie, kalo lu gini gue susah buat jalan," ucap Anya yang menahan berat Ollie.

"Tapi tapi tapi tapi."

"Hhhh, yaudahlah."

"WAAAAAAA!!!" Tiba-tiba Reine menjerit dan berlari melewati Anya.

"Loh bu! Tunggu!" Anya berusaha mengejarnya tetapi tubuh Ollie menghambatnya. Reine berhenti tepat dipertengahan jalan. Anya dan Ollie berjalan perlahan menghampirinya.

Suara-suara hantu semakin kencang dan menyeramkan.

"A-anya kita jalan samping-sampingan aja," ucap Reine.

"Tapi lorongnya sempit begini bu, ga muat tiga orang samping-sampingan."

"Gapapa dempet-dempetan aja!" Reine mendekati Anya, Ollie pun berpindah ke samping Anya, namun tetap membenamkan wajahnya dan tak mau melihat ke depan.

Anya kini berada ditengah-tengah dan mereka pun melangkah dengan sangat perlahan. Ada suara tawa wanita di samping mereka dan semakin lama semakin dekat.

"Anya Anya Anya ayo cepetan." Ollie menggoyangkan baju Anya dengan cepat.

"Aduh aduh, ya gimana mau cepet kalo kalian begini!?"

"Ayo lari dihitungan ke tiga," saran Reine.

"Yaudah, ayo," ucap Anya dan bersiap, "Ollie lu berani kan?" Tanyanya sebelum menghitung.

"I-iya..."

"Bukan salah gue ya kalo lu ketinggalan. Oke, satu...dua...TIGA!"

Mereka pun langsung berlari sekuat tenaga, Ollie berlari sambil sedikit menunduk dan mengahalau pandangannya dengan tangannya, "WAAAAAA!!!!" Teriak Ollie sepanjang jalan, Ollie berada di depan sedangkan Anya dan Reine cukup berdekatan.

Ollie mendobrak pintu yang berada di dalam ruang gelap dan langsung keluar dari rumah hantu itu. Anya dan Reine pun menyusulnya.

"Huh.... Akhirnya." Anya melepas nafasnya.

"Hah...hah...hah." Ollie tersengal-sengal.

"Hahahaha tadi itu seru juga," ucap Reine.

"Seru! Bukannya bu guru juga ketakutan!?" Tanya Ollie.

"Iyalah, kapan lagi ngeliat Ollie kayak tadi, hahahaha," canda Reine. Ollie menahan rasa malunya.

"Iya tadi itu seru banget. Makasih ya Ollie," ucap Anya dengan senyuman.

"I-iya sama-sama."

"Ngomong-ngomong, kalo lu penakut gini kok ngajak gue buat ke sini?"

"So-soalnya, lu udah nyelametin gue pas jatoh, gue ga bisa cuma sekedar ngucapin terima kasih."

"Wah wah wah, ternyata Ollie punya sisi lembut juga," ucap Reine dengan nada ngeledek.

"Apa sih bu guru!? Udah ah, bentar lagi kan puncak festival. Ayo Anya!" Ollie menarik tangan Anya dan meninggalkan Reine.

"Makasih ya bu!" Teriak Anya.

"Dasar," ucap Reine dengan nada pelan sambil tersenyum.

"Eh, ibu? Tadi masuk ke sini? Gimana seru ga?" Ucap salah satu murid.

"Iya tadi ibu masuk ke sini. Kamu dari kelas yang buat ini?"

"Iya bu bener."

"Seru sih, apalagi tadi pas ada bayangan hitam lewat di depan pintu keluar, sama ada yang ngetuk pundak ibu."

"Hah?"

"Eh?"

"Kelas kita orang-orangnya cuma ada dibalik tembok kok, ga ada yang jaga di luar."

Reine pun jatuh pingsan.


~Fin~

Comments

Popular posts from this blog

Final Fantasy XII cara mendapatkan Item Weapon, Armor, Aksesoris Terkuat (termasuk versi Zodiac Age/IZJS)

Banyak variasi item weapon, armor dan aksesoris di dalam Final Fantasy dan yang menjadi pembahasan di sini adalah Final Fantasy XII. Tentu untuk mendapatkan beberapa item membutuhkan waktu dan mungkin hanya bisa didapatkan di penghujung permainan. Item-item ini biasanya memiliki stats dan efek yang sangat luar biasa, sepadan dengan jalannya permainan. Tpi, tentunya tidak akan mudah untuk mendapatkannya. Berikut beberapa item terkuat di Final Fantasy XII, termasuk versi Zodiac Age atau International Zodiac Job System. -WEAPON 1. Sword (1H)      Dalam Final Fantasy XII sword terkuat yaitu Deathbringer, Stoneblade dan Durandal dalam versi Zodiac Age yang terkuat yaitu Great Trango atau dalam versi IZJS disebut Trango Tower. Deathbringer merupakan pedang atau sword (1H) yang memiliki efek death.  Cara mendapatkan Deathbringer: - Mencuri atau steal dari monster rare bernama Ithuno di Barheim Passage.  - Dijual di Balfonheim Port seharga 16.000G.      Cara Mendapatkan Stoneblad

FINAL FANTASY XII - Rahasia dan Bagaimana Cara Mendapatkannya

Kali ini gue bakal bahas tentang game favorit gue yap, mario bros. hehe, ngga lah  gue bukan clickbaiters seperti yang disajikan pada judul topik di atas, Final Fantasy XII atau 12 (dua belas), baik di seri biasa maupun seri zodiac age/Internationa Zodiac Job System (di jepang). So, apa yang menarik dari game ini? Jujur aja sih, ini game open world pertama gue dan konsep yang beda dari seri Final Fantasy sebelumnya yang kalo ketemu musuh ada transisi ke mode battle, di sini mode battle itu dihilangkan dan player langsung bisa berhadapan dengan musuh. Ngga cuma itu yang menarik, ternyata ada banyak rahasia di dalam game ini, berikut beberapa di antaranya, check it out guys. 1. Zodiac Spear Senjata tipe Spear ini adalah yang terkuat dalam game ini. Di dalam versi original (OG), cara untuk mendapatkan senjata ini adalah dengan menghindari beberapa hal, yaitu JANGAN membuka peti-peti berikut: 1) Peti di Lowtown, dekat Dalan's palace 2) Peti sebelum mendapatkan

Monster Rancher 2 Gameshark Codes Cheat Training Stats 100% Working PS1/PSX

 This is my monster rancher 2 gameshark I often use. #golden peach on item slot 19 (must have max lvl house) 80099284 001A #training stats Boost (+99) note (1) 800DA098 0063 800DA09A 24A5 #Mint leaf on item slot 20 (must have max lvl house) 80099288 0012 #Worse Nature (for unlocking certain technique) 30097A59 00A4 # Max lif 80097A20 03E7 # Max Pow 80097A22 03E7 # Max Int 80097A24 03E7 # Max Spd 80097A28 03E7 # Max Def 80097A2A 03E7 #GUTS (R2) D00938AE 0002 801FFCFC 00FF # Never tired 30097A37 0000 #Max skill 80097A26 03E7 #Max Funds 80098FBC E0FF 80098FBE 05F5 #All Monster Cards 5000CC02 0000 8009908C 0101 #Full Zooming In View Mode D001C3CC 2821 8001C3D0 0000 D001C3CC 2821 8001C3D2 0000 #Max Monster Health (In-Battle) 801FFCDC 03E7 #100% Loyalty & 'Even' Status 80097A3C 00F3 #Wild Monster Life Drain (Press L2) D00938AE 0001 801FFC74 0000 #Unlock All CD's 50002601 0000 30099386 0001   #Activation Code For All Techniq