Aku adalah seorang laki-laki yang tinggal di pinggir jalan, maksudku rumahku berada di pinggir jalan. Banyak kendaraan berlalu-lalang di depan rumahku meski tidak seramai di jalan raya. Suatu hari aku berjalan-jalan di sekitar rumahku untuk menghilangkan rasa jenuh. Sampai ada sebuah lorong di antara rumah-rumah yang membuatku penasaran. Aku masuk ke dalamnya dan banyak kardus-kardus berserakan. Semakin lama semakin gelap dan setelah menyingkirkan kardus-kardus di depanku rupanya ada sebuah pintu yang memiliki jendela kaca, tetapi aku tidak bisa melihat ke dalamnya karena sangat gelap.
Aku memberanikan diri untuk membuka pintunya, tidak ada apapun, hanya terlihat siluet-siluet dari beberapa monitor komputer. Aku pun menutup pintunya kembali dan keluar dari lorong itu. Saat aku keluar seorang wanita menegurku.
"Lagi ngapain kamu?" Tanya wanita itu dengan raut wajah yang bingung.
"Ng-ngga, cuma liat-liat aja."
"Oh, gitu. Hati-hati kalo masuk ke situ, karena ada setannya..." ucap wanita itu dengan nada yang ingin menakutiku.
Karena penasaran aku pun kembali ke tempat itu keesokan harinya. Sebelum masuk ke lorong itu, aku memerhatikan keadaan di sekitarku. Tak ada siapapun, bagus, waktunya beraksi. Meski aku masih sedikit takut karena mungkin aku akan melihat sesuatu yang mengerikan, tapi aku berusaha untuk menahannya.
Aku sampai di depan pintunya dan membukanya perlahan. Kali ini aku masuk ke dalam ruangannya. Aku melihat sekeliling, rupanya ada tombol lampu di dekat pintu, kupikir tidak akan berfungsi, tetapi setelah ditekan rupanya lampunya masih menyala walau agak redup. Sepertinya ini bekas perkantoran atau apa, banyak kmpouter dan lemari-lemari untuk menyimpan file-file penting. Seisi ruangan ini hampir semuanya tertutup oleh sarang laba-laba. Setelah sekian lama di sini, aku pun memutuskan untuk kembali. Kumatikan lampunya dan keluar menutup pintu.
Tiba-tiba terdengar suara yang agak berisik dari dalam. Kubuka sedikit pintunya untuk mengintip, gelap. Aku membuka pintunya lebar-lebar dan langsung menyalakan lampu. Rupanya ada tiga anak kecil sedang berusaha menyalakan komputernya.
"H-hey darimana kalian?" Tanyaku dengan rasa sedikit takut.
Mereka tidak menjawabnya dan melihat ke arahku. Mereka tampak seperti anak kecil biasa dan wajahnya sangat menggemaskan. Mereka memakai warna baju yang berbeda, kuning, biru, dan hijau dan warna celana yang sama abu-abu selutut mereka.
"Kamu siapa?" Tanya salah satu dari mereka kepadaku.
"Aku bukan siapa-siapa. Kenapa kalian ada di sini?"
"Ini tempat kita, kita di suruh untuk tetap di sini," ucap si kuning.
"Siapa yang menyuruh kalian?"
Mereka tidak menjawabku dan sibuk mengotak-atik komputernya.
"Kalian mau keluar?"
Mereka kembali menghadap ke arahku. "Boleh? kita boleh keluar?!"
"Y-ya boleh." Aku tidak yakin apakah ini baik atau buruk.
"YEEEEEEY." Mereka serempak kegirangan.
Aku menuntun mereka keluar lorong itu dan mereka tampak sangat senang dan berlarian ke sana-sini. Lalu ada sebuah gerobak penjual es datang, mereka mengerumuninya. Aku yang hanya meluhat dari kejauhan tampak ikut senang. Orang-orang keluar dari rumah mereka dan melihat anak-anak itu. Seorang ibu-ibu bahkan ada yang memeluk salah satu dari mereka dan terlihat menawarkan jajanan itu. Orang-orang lain juga tampak sangat terkejut dan mulai mendekati mereka. Dan tiba-tiba ada suara wanita berbisik di telingaku.
"Kamu harus memerhatikan gambar yang mereka buat di belakang sana, mungkin kamu kehilangan sesuatu. Anak-anak itu mungkin akan terjebak kembali."
Kulihat ke sebelahku, tidak ada siapapun. Gambar? Apa maksudnya? Aku berlari ke dalam lorong itu dan membuka ruangannya. Ruangannya menjadi berubah, ini seperti sebuah kelas dan tiga anak kecil itu sedang sibuk menggambar sesuatu.
"Kalo ngga selesai kita ngga boleh keluar," ucap anak berbaju hijau.
Apa ini? Ini membuatku sedikit bingung, bagaimana bisa ada dua anak-anak itu? Aku kembali keluar lorong untuk memerhatikan anak-anak tadi, rupanya mereka masih di sana. Anak berbaju kuning nampak ingin pergi dari sana dan kembali ke ruangan itu. Aku memberikan sebuah isyarat untuk menahan anak-anak itu kepada orang-orang disekitarnya. Mereka mulai membelikan es itu kembali. Aku pun kembali ke ruangan yang berubah itu.
Kulihat, masing-masing anak memiliki gambar yang berbeda. Si biru menggambar lautan, si hijau menggambar pepohonan, dan si kuning menggambar sesuatu yang mengerikan.
"Ini mulutnya, ini giginya, dan ini darahnya," ucap si kuning.
Anak-anak ini sepertinya tidak bisa melihatku. Dan aku hanya bisa memerhatikan mereka. Di sebelahku ada gambar-gambar yang tidak selesai di atas meja. Gambar-gambar ini sangat tidak jelas dan terlihat cukup mengerikan. Hanya ada perpaduan warna hitam dan merah.
"Sebentar lagi belnya bunyi loh, kalo ngga selesai kita ngga bisa main di luar," ucap si biru sambil terus mewarnai gambarnya.
Aku tak bisa melakukan apapun, mereka mewarnai dengan sangat lambat dan berhati-hati. Seorang wanita datang dari luar ruangan dan langsung ikut membantu mewarnai gambar si hijau. Karena si hijau sudah meneteskan air mata dan gambarnya masih belum diwarnai.
Hanya tersisa sekian menit untuk menyelesaikannya. Aku menjadi sedikit gemetar dan ketakutan kalau mereka tidak bisa selesai tepat waktu. Mereka mulai meningkatkan tempo mewarnai mereka, si hijau dan biru sudah selesai berkat bantuan wanita itu, hanya tinggal si kuning yang masih kebingungan mewarnainya. Wanita itu juga terlihat cukup panik karena tidak tahu gambar apa yang dibuat si kuning.
Bel berbunyi tepat si kuning menyelesaikan gambarnya. Mereka terlihat sangat ceria dan melompat-lompat kegirangan. Wanita itu melihat ke arahku dan tersenyum. Aku sangat terkejut karena kukira wanita itu tidak bisa melihatku. Semua itu kemudian menghilang perlahan dan kembali ke keadaan semula di mana ada komputer-komputer tak terpakai di ruangan ini.
Aku keluar dari lorong itu dan melihat semua orang sudah kembali dan jalanan menjadi sepi. Aku berjalan kembali menuju rumah dengan senyuman yang terus menghias wajahku, mengingat betapa senangnya anak-anak itu bisa menyelesaikan gambar itu. Semua kekhawatiraku pun juga ikut menghilang dan kudengar bisikan soerang wanita, "terima kasih."
Original Story By Hydarnus
Original Story By Hydarnus
Comments
Post a Comment