Gw mau nulis ini di media lain sebenernya, tapi alangkah baiknya gw nulis di sini aja. Concord, Game yang menghabiskan biaya sekitar 200 juta dolar atau setara 3 T! rupiah (angka yang cukup fantastis untuk sebuah video game) dan juga waktu yang cukup lama yaitu 8 tahun, akan berhenti beroperasi hanya dalam 2 minggu semenjak rilisnya.
Gambar diambil dari Twitter |
Ini merupakan sejarah dalam video game, sejarah yang memalukan, sangat memalukan. Oke, gw breakdown dulu dari Concord itu sendiri itu apa. Concord, adalah video game yang dibentuk dalam live service atau online gaming, yang dimana kita membutuhkan koneksi internet untuk memainkannya. Concord merupakan PVP yang bisa dibilang mirip sistemnya dengan Overwatch. Dengan biaya yang fantastis dan waktu yang cukup lama membuatnya, Sony ataupun Developer pasti sangat menantikan keuntungan atau kesuksesan yang luar biasa dari game ini. Tapi, kenapa justru Concord ini berhenti beroperasi? Berikut ini pandangan gw (dan beberapa tokoh) kenapa Concord gagal.
1. Salah Marketing
Concord melakukan promosi sosial media dengan gencar, mereka memasarkan game ini dengan embel embel "modern gaming audience" yang mengacu pada orang-orang yang mensupport LGBT. Dari situ, seolah-olah mereka memang hanya mengincar audience dari komunitas tersebut, dan ini cukup fatal. Dan mereka pun sebenarnya sudah mendapat kritikan dari hal tersebut sebelum perilisannya. Karakter yang mereka desain pun memang cukup menggambarkan komunitas tersebut.
2. Desain Karakter
Seperti yang udah gw sebut di atas, desain karakter di game ini sama sekali tidak memanjakan mata. Gw sebenernya juga ga masalah dengan desain bentuk yang amburadul, cuma ini adalah karakter default dari sebuah game dengan budget fantastis, kalo dari kita sendiri yang bisa custom karakternya sih ga masalah.
3. UI
Baru kali ini, gw nemu game yang menggunakan "pronounce" atau sebutan dalam bhs.Inggris seperti he/she/it untuk sebuah karakter. Gw sebagai orang yang udah puluhan tahun main video game, ga pernah peduli dengan sebutan karakter. Kalaupun ada, itu pasti datengnya dari dialog antar karakter, tapi yang ini ngga, jelas terpampang nyata di samping karakternya. Dan jelas, banyak orang yang sebenarnya ga peduli dengan hal ini. Emang jaman dulu ga ada karakter LGBT? Banyak! tapi apa mereka nulis pronounce-nya? Ngga! dan apa yang mainin gamenya peduli sampe sekarang? NGGA!!!
gambar diambil dari post @Hunter_GS |
4. kesalahan Developer
Beberapa hari sebelum ditutupnya Concord, salah satu Developer Concord bisa dikatakan tidak peduli dengan audiencenya. Dia negpost di twitter/x dengan menyebutkan orang yang bermain game "talentless freaks" atau orang aneh tanpa talenta. Seharusnya mereka tahu kalau yang mereka sebut itu adalah orang yang akan memainkan game mereka. Ini merupakan pukulan telak yang bisa menghancurkan reputasi sebuah video game. Developer yang anti kritik merupakan "red flag" untuk sebuah perusahaan.
@anim_xander |
5. Gameplay
8 tahun konsep yang sama dengan puluhan game lainnya. Dalam minggu pertama semenjak dirilis mereka mengumumkan akan menyuguhkan lebih banyak konten (setau gw sih). Tapi, sudah sangat terlambat, biasanya untuk game live service seperti ini sangat bergantung pada microtransaction, tapi, dikarenakan yang memainkan ini sangat sedikit di bawah 100 player pada minggu pertama, tentu saja itu sulit untuk dicapai. Permainannya pun 5v5 (lima lawan lima) sama seperti game Overwatch. Namun, pergerakan di dalam gamenya sangat lambat dan terasa ada yang membatasi. Beberapa partikel pun bisa dibilang tidak cukup memuaskan, mengingat budget yang dikeluarkan tidak sedikit.
Dengan konsep yang sama seperti ini, beberapa orang yang bermain game online seperti Apex, Overwatch, Valorant, dan game serupa lainnya tentu merasa sudah bosan. Dan lagi, game-game ini adalah game yang bisa dimainkan secara gratis, sedangkan Concord mematok harga sebesar 40$ atau sekitar 600 ribu rupiah.
Gambar diambil dari video Penguinz0 |
6. Bombardir Review Palsu atau Tidak Akurat
Untuk sebuah perusahaan besar, tentu tidak sulit untuk membayar reviewer video game bahkan besutan IGN sekalipun. Hal ini sudah menjadi rahasia umum untuk mendongkrak nilai sebuah game, namun ini juga sangat mempengaruhi, dan gamer sudah pasti tahu mana review yang jujur dan bukan.
Gambar diambil dari video IGN |
Sony benar benar harus belajar dari kesalahan ini, karena mereka yang membiayai studio yang membuat Concord ini. Gw merasa sangat beruntung bisa menyaksikan kejadian yang sangat bombastis di dunia video game ini, yang sebelumnya banyak drama soal desain karakter wanita seperti Stellar Blade. Sony kali ini harusnya mendengarkan apa yang sebenarnya audience mau.
Kalo dari gw sendiri sih gw cuma mau, gameplay yang halus, meskipun banyak bug bukan masalah, kecuali untuk game competitive, sotryline yang menarik, karena gw besar dengan game-game yang kaya akan ceritanya, meskipun tidak ada cerita juga tidak masalah, punya tujuan yang jelas, dan minim microtransaction.
Dan akhirnya, Concord memutuskan untuk mengakhiri servernya dan membuat keputusan untuk mengembalikan uang dari orang yang membeli game mereka. Gw sebenernya juga ngerasa kasian sih, pasti ada orang yang tulus buat game ini, cuma ya dihancurkan dengan hal-hal yang diluar dugaan mereka, dan pasti ada beberapa yang harus diberhentikan, entahlah. Penjualan mereka hanya mencapai 25.000 copy, jadi jika dikalikan dengan 40 hanya mencapai 1 juta dolar, yang berarti mereka kehilangan 99% budget mereka tanpa keuntungan. Ini kejadian paling gila yang pernah gw saksikan dalam hidup gw. Sony, you were a good company back then, when/where did it go wrong?
NB: Sumber gambar tidak mempengaruhi apa yang gw tulis, ini murni dari pendapat dan pengamatan gw sendiri. Jika ada kesalahan dalam artikel ini mohon koreksinya.
Comments
Post a Comment