"Huft...ini hari pertamaku bekerja sebagai pelayan. INI DEMI FIGUR ANIME!!!"
Iofi pergi berangkat menuju sebuah kafe tempat ia melamar pekerjaan paruh waktu sebagai pelayan. Jarak dari rumahnya tak begitu jauh jadi Iofi menggunakan sepedanya. Saat berada di persimpangan lampu lalu lintas yang sedang menyala merah, Iofi berhenti menunggu. Saat menoleh ke kanan dan ke kiri, Iofi melihat seorang pria yang mengendarai sepeda motor tanpa helm, dalam hatinya ia berkata "ya ampun, dia gantang banget."
Lampu hijau menyala, Iofi tidak sadar dan langsung segera mengayuh sepedanya. Iofi pun sampai di tempat ia bekerja.
"Eh, Iofi kan? Cepet ganti bajunya, udah mau buka nih."
"E-eh iya." Iofi pun bergegas ke ruang ganti. Iofi kaget melihat seragam yang akan ia kenakan. "I-ini kan!?"
"Iya itu tema untuk hari ini, ngga hari ini doang sih, tapi selama seminggu ini." ucap seorang pegawai lama yang baru saja selesai berganti.
"A-APA!?" Iofi memandangi seragam pelayan berwarna putih hitam itu dan merasa setengah hati untuk memakainya. Tapi Iofi tetap berusaha untuk memantapkan hatinya, "inget, demi figur anime itu."
Iofi pun selesai mengenakan seragamnya, dan keluar ruang ganti dan langsung menuju posisi ia harus berjaga.
Waktu berlalu, sudah banyak para pelanggan yang datang, lalu saat Iofi sedang melayani seorang tamu, pintu masuk berbunyi.
"Selamat da....tang..." Iofi tertegun dan tak bisa berkata-kata. Seorang pria yang ia lihat saat di lampu merah ternyata masuk ke kafenya.
"Y-yopi?"
"Hah? EH?" Iofi terkejut pria itu mengenalinya. Pria itu pun menghampirinya.
"Ini aku Yop, masa kamu lupa?"
"S-siapa ya?" Mata Yopi langsung berkunang-kunang.
"Aku temen SMA-mu dulu Yop. Kamu sekarang kerja di sini?"
"E-eh, iya..."
"Aku duduk di mana nih?" Tanya pria itu sambil melihat-lihat sekeliling kafe.
"Eh... di sana aja." Iofi menunjuk ke arah kursi yang sudah diduduki seseorang.
"M-maksud kamu meja di sebelah orang itu?" Iofi hanya membalas dengan anggukan. "Oke deh."
Iofi pun kembali ke meja bar untuk menenangkan dirinya.
"Cie cie... siapa tadi tuh?" Tanya rekan kerja Iofi yang sedang meracik minuman. "Nih, buat orang yang di meja sebelah situ. Sekalian tanya udah belum pesenannya sama yang itu tuh."
"Apa sih." Yopi pun membawa nampan berisi pesanan, dan mengantarnya ke meja yang dituju.
"Silakan tuan makanannya, ini sebagai tambahan untuk gulanya." Iofi melemparkan senyuman yang lebar. Setelah selesai, Iofi bergegas menuju meja pria yang mengaku sebagai teman SMA-nya itu.
"Yop, aku mau pesan ini." Pria itu menunjuk ke arah menu. "Ini, sama ini ya."
"Oke, mohon ditunggu ya t-tuan." Iofi merasa grogi di dekatnya.
"E...eh iya..."
Iofi pun beranjak dan mengantarkan pesanannya ke kasir. Setelah menunggu beberapa menit, pesanannya pun datang. Iofi menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Iofi menguatkan dirinya untuk menyajikan pesanan pria itu. Hanya dalam selangkah lagi, tiba-tiba jantung Iofi berdegup dengan cepat, ia kehilangan keseimbangannya, lalu terjatuh tanpa sadar.
"Yop...yop?"
Iofi membuka matanya perlahan, "i-ini dimana?"
"Kamu pingsan Yop, kamu gapapa?" Tanya pria itu sambil menggenggam tangan Iofi. Iofi melihat tangan pria itu menggenggamnya. "E-eh, maaf."
"Nggapapa kok."
"Kamu tadi sarapan?" Tanya pria itu penasaran.
"Hmmm, ngga sih."
"Terus terakhir makan kapan?"
"Sampe sekarang belum..hehe."
"Aduh Yop Yop. Nih kamu makan."
"Loh, ini kan pesenan kamu?"
"Iya, aku tadi pesen lagi, ini buat kamu. Dimakan dulu."
Iofi merasa tersanjung, "ma-makasih, ya" Iofi mulai memakannya perlahan.
"Kamu tuh kalo mau beraktifitas makan dulu, jadinya kayak gini deh. Yaudah deh, aku pergi dulu, ga enak aku terus ada di ruangan staff gini." Pria itu berdiri. "Oh ya, di situ aku juga udah ngasih nomor telponku. Kalo ada apa-apa berkabar ya." Pria itu pun langsung pergi begitu saja.
Yopi pun menutup wajahnya yang merasa senang itu. Iofi terus tersenyum sepanjang hari.
Comments
Post a Comment