Ia mengambil tempat duduk di dekat Epel, selama kelas berlangsung Epel terus mencuri-curi pandang ke arah Sasuke. "Ini orang kok kalem banget sih?" gumam Epel di tengah ia menatap Sasuke. "Apa dia sudah punya pacar ya? Kalau dilihat ia memang agak tampan dan berani." Lanjutnya dalam hati. "Ah apa yang kupikirkan? Aku harus fokus, sebentar lagi ujian."
"Eh, Pel, kamu kok kayaknya ngeliatin Sasuke terus?" Tanya Rae yang duduk di sebelahnya.
"E-eh!? Apa sih? E-engga kok," jawab Epel dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah dosen yang sedang mengoceh.
Usai kelas terakhir itu, Epel langsung menuju ke perpustakaan untuk membaca-baca buku dan juga mencari tempat sejuk. Saat asyik membaca Epel diganggu dengan suara.
"Maaf, apa aku boleh duduk di sini?" Tanya seorang pria yang sudah menempelkan tangannya di kursi dihadapan Epel.
"Oh, ya silakan saja," jawab Epel singkat.
Karena Epel sangat fokus dengan membaca ia sampai tak sadar siapa yang sebenarnya ada di hadapannya. Setelah berkali-kali membolak-balik halaman, Epel baru sadar dan melihat sekejap ke orang yang berada dihadapannya itu. "Ya ampun itu kan... Sasuke," ucapnya dalam hati. Entah kenapa jantung Epel mulai berdegup dengan cepat. "I-itu kan! buku kesukaanku!" Epel berteriak dalam hatinya. Buku The Fault in Our Stars yang dipegang Sasuke mengalihkan pandangannya sejenak. Lalu, Epel menyadari ada sebuah benda terikat dengan tali yang ditaruh di atas meja dekat pria itu.
"Halo? kenapa kau membawa benda seperti itu?" Tanya Epel penasaran.
"Oh!? Maksudmu ini? Ini adalah kalungku yang sangat berharga. Kenapa?"
"Bukankah itu benda berbahaya?" Tanya Epel yang sedikit ketakutan.
"Tenang saja, ini bukan benda asli. Kunai kecil ini sangat berharga untukku. Aku selalu membawanya kemana pun, rasanya hampa jika aku tak membawa ini," jelas Sasuke.
"Begitu ya. Tapi bagaimana kalau benda itu hilang?"
"Ooh tolong jangan tanyakan itu, aku akan sangat gelisah."
Epel berpikir sejenak, siapa yang memberikan sebuah kalung berbentuk kunai itu di zaman seperti ini? Lagipula itu kunai? Sebuah benda yang identik dengan serial anime ninja Narto.
Tiba-tiba Sasuke bergerak-gerak tak beraturan, rupanya ia sedang mencoba untuk merogoh kantung celananya dan mengambil handphone. Sasuke beranjak dari kursinya begitu saja. Epel hanya memerhatikannnya yang sedang menelpon itu. Setelah sekian menit Sasuke kembali ke kursinya untuk mengambil buku yang sedang ia baca tadi dengan terburu-buru sambil menjepit handphone-nya di telinga dan pundaknya.
"E-eh, tunggu!" Epel mencoba memanggil Sasuke yang sibuk menelpon itu, Sasuke tak menggubris panggilan Epel. Kalung yang berada di atas meja tadi, lupa Sasuke ambil. Epel pun hanya memandangi Sasuke berharap ia akan kembali dan mengambil kalungnya. Tapi, Sasuke langsung turun dengan terburu-buru. Epel mencoba untuk bangkit dari kursinya dan mengambil kalungnya. "Aduuuh," dengkul kaki kanan Epel terbentur ujung meja, karena rasa sakit yang tiada tara dan membuat dengkulnya lemas, ia kembali duduk di kursinya. Epel pun berpikir mungkin ia dapat mengembalikannya besok atau dikemudian hari Sasuke masuk ke kelasnya lagi.
Sudah satu minggu berlalu, Epel masih menyimpan kalung kunai itu dan selalu membawanya di dalam tas, ia belum menemui ataupun melihat Sasuke. Hari di mana seharusnya Sasuke kembali ke kelasnya ini untuk ikut kelas pengganti, dan merupakan kesempatan untuk mengembalikan kalungnya. Namun, sampai pelajaran berakhir Sasuke tak terlihat juga.
Epel pun kembali ke perpustakaan berharap ia dapat menemukan Sasuke di sana, tapi hasilnya nihil. Ia kembali ke kelasnya untuk menemui Rae yang mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat. Tak disangka, rupanya di sana ada Rae yang sedang berbicara dengan Sasuke di depan kelas.
"Epel! Kemana aja sih? Aku udah lama nunggu," protes Rae yang sudah berada di dekat kelas selama dua puluh menit semenjak kelas berakhir dan menunggu Epel.
"Eh, iya maaf Rae. Tadi ada urusan."
"Ini, Sasuke juga nyariin kamu. Aku tunggu diparkiran duluan ya." Rae pun meninggalkan epel dan Sasuke berdua.
"A-Ano..." Epel mencoba untuk berbicara kepada Sauske untuk mengembalikan kaluangnya.
"Eh!? Ya?" Sahut seorang pria yang poni rambutnya menutup mata sebelah kanannya, yang berada di belakang Sasuke.
Epel dan Sasuke hanya memerhatikannya, Hening selama tiga detik.
"Ano...Sasuke."
"Kamu Epel? Waktu itu kamu yang ada di perpus kan?"
"E-eh iya." Suara Sasuke yang menenangkan, membuat jantung Epel berdegup cepat.
"Apa kau melihat kalungku? Kurasa aku meninggalkannya di sana. Selama seminggu ini aku terus mencarinya, bolak-balik ke perpus tapi tak ada yang tahu. Lalu, kemarin aku baru ingat ada seseorang yang duduk di depanku saat di perpus."
"Ah, iya." Epel terburu-buru membuka tasnya, "ini!" Epel menyerahkan kalung kunai itu.
"OH! Terima kasih!" Sasuke menggengam tangan Epel.
"E-eeeh! Iya sama-sama!" Epel sedikit tersipu "La-lain kali hati-hati," ucap Epel sambil mengalihkan pandangannya ke lantai, tak berani menatap langsung mata Sasuke yang biru itu. "Coba saja bukan aku yang ada di sana, mungkin kalung itu sudah-"
Belum sempat Epel menyelesaikan kata-katanya, Sasuke langsung memeluk tubuh Epel yang sepuluh senti lebih kecil darinya. "Sekali lagi terima kasih! Aku akan berikan apapun sebagai balasannya!" Sasuke melepaskan pelukannya tetapi kedua tangannya masih berada di pundak Epel, "katakan! apa saja!" lanjutnya.
"T-tapi, aku ga-"
"Tidak apa, aku harus membayarnya sekarang juga. Kalau tidak, mungkin kita tidak bisa bertemu lagi."
"Ki-kita bisa bertukar nomor handphone....kan?" Epel perlahan mulai memberanikan diri memandang mata Sasuke.
"Tapi, itu adalah hal yang biasa. Apa kau yakin hanya itu saja? Begini saja, Aku dengar kamu mau pergi dengan Rae. Bagaimana kalau aku ikut menemanimu?"
"Apa Rae tidak keberatan?"
"Aku yakin dia tidak keberatan."
Akhirnya Epel menyetujui dan membawa Sasuke bersamanya ke tempat parkir.
"Loh Pel, kamu sama Sasuke?" Tanya Rae yang sedang duduk di atas motor Yamasa miliknya.
"Iya, katanya Sasuke mau ikut kita."
"Kalo gitu yaudahlah. Kamu mau kubonceng atau sama Sasuke?"
"Sama ka-"
"Epel sama aku aja." Sasuke memotong ucapan Epel.
"Yaudah kalo gitu. Nanti kutunggu depan gerbang kampus ya." Rae pun langsung memakai helmnya.
"E-EH!? Tunggu!" Epel mencoba mencegah Rae, tapi Rae tidak memedulikannya dan langsung meluncur keluar parkiran.
"Ayo Epel!" Sasuke menarik lembut tangan Epel, menuntun ke motornya.
Sesampainya di depan gerbang, mereka melihat Rae yang memberikan aba-aba untuk mengikutinya. Epel yang daritadi duduk di belakang motor Sasuke tidak berkata apapun.
"Epel, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Sasuke yang suaranya terdengar samar karena angin yang berhembus.
"Iya boleh! Mau tanya apa!?" Tanya Epel sedikit berteriak karena angin sedikit menggerus suaranya.
"Aku boleh jadi pacarmu?"
Mendengar itu, jantung Epel terasa berhenti sejenak. Seorang pria yang merupakan idamannya itu, memintanya untuk menjadi pacar, "A-Apa!?" Epel berpura-pura tak mendengarnya.
"APA AKU BOLEH JADI PACARMU!?" Sasuke benar-benar berteriak, mungkin itu terdengar oleh pengendara lain.
Epel menjadi agak sedikit malu, melihat para pengendara lain melihat ke arahnya. "I-iya.." Epel menjawab dengan suara yang hampir tidak terdengar.
"Apa!?"
Epel menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata, "IYA! BOLEEEEH!" Epel berteriak ketika motornya berhenti di lampu merah.
~Fin~
Comments
Post a Comment