Di dunia ini, semua manusia pasti pernah mengalami stres, dari mulai pelajar hingga para pekerja mungkin juga para lansia. Saat menglami stres semua orang yang mengalaminya pasti mencari cara untuk menghindari masalah. Yang paling parah adalah self harm atau melukai diri sendiri dan munculnya suicide thought atau pikiran untuk melakukan bunuh diri. Biasanya orang-orang yang melakukan ini merasa puas dan seluruh beban di pikirannya akan hilang sama seperti para perokok, di saat mereka merasa banyak beban dipikiran mereka, mereka mulai merokok dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Tidak sedikit yang melakukan self harm maupun yang memiliki suicide thought, dan ini menjadi sebuah isu yang sangat sulit untuk dilepaskan dari korban.
Self harm seperti yang disebut di atas adalah sebuah kebiasaan untuk melukai diri sendiri tanpa adanya keinginan atau hasrat untuk bunuh diri. Biasanya orang-orang yang mengalami hal ini melakukan cutting yaitu menggores bagian tubuhnya dengan benda-benda tajam. Tentu ini sangat membahayakan diri mereka, selain bisa kekurangan darah, mereka juga akan meninggalkan bekas luka dan mereka akan memutar otak untuk menutupinya. Korban biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan enggan untuk bertemu orang lain.
Suicide Thought adalah pikiran yang muncul untuk melakukan bunuh diri. Sedikit berbeda dengan Self Harm, suicide thought biasanya muncul ketika seseorang merasa sangat terpuruk atau dalam keadaan yang sangat sulit. Biasanya orang-orang yang memiliki pemikiran seperti ini adalah korban bullying atau bahan cemoohan bahkan dari keluarganya sendiri atau mengalami kendala yang mempengaruhi kehidupannya. Menghindar dari pemikiran ini sangatlah sulit dan mungkin butuh tenaga ahli untuk membantu korban dari pikiran ini. Sedikit saja terlambat, kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengan korban di dunia ini.
Pada saat usia SD hingga SMP saya sering melakukan self harm berupa membenturkan kepala ke tembok, dari mulai perlahan hingga cepat dan keras. Saya melakukan ini karena sedih atau mendapat hambatan dari orangtua, misalnya tidak boleh keluar untuk main bersama teman atau karena orangtua memukul saya. Membenturkan kepala memang tidak begitu sakit, tetapi lama kelamaan kepala bisa merasa pusing, setelah pusing itu biasanya akan tertidur. Saya tidak berani melakukan self harm berupa cutting, selain karena takut, juga karena dibayangan sudah merasakan sakit. Meski pernah untuk mencoba melakukannya beberapa kali, tetapi masih bisa terhindar.
Masuk ke SMA saya sudah tidak lagi membenturkan kepala ke tembok, kebiasaan itu hilang begitu saja. Tetapi mulai munculnya suicide thought bahkan sampai saat ini. Keinginan untuk mengakhiri hidup ini sangat sulit dilepaskan, pernah hilang tetapi datang kembali. Apalagi jika ada kejadian-kejadian tertentu yang membangkitkan pikiran ini. Dan pernah orangtua saya mengatakan sesuatu hingga saya mencapai titik terendah, dan saya benar-benar ingin mengakhiri hidup. Memikirkan ucapan itu membuat saya jatuh sakit karena lemas selama seminggu. Mungkin bisa disebut overthinking. Tetapi untungnya saya masih bisa bertahan hingga saat ini dan sempat mempublish ini.
Jujur saja, menghilangkan suicide thought sangat berat apalagi tidak ada yang mendukung dari manapun. Motivasi apapun tidak akan berpengaruh. Bagaimana saya bertahan? akan saya jelaskan.
Yang pertama, di dalam agama yang saya anut, bundir sama saja mendahulukan kehendak tuhan untuk menjemput kita, dan dosanya tidak akan diampuni, itu berarti akan masuk ke dalam neraka selamanya. Tapi meskipun saya mempunyai keyakinan seperti ini, tetap saja selalu ada hasrat ingin mengakhiri hidup.
Yang kedua, ada yang membuat saya mensyukuri hidup ini, dan membuat saya bertahan hingga sekarang. Ada janji yang masih harus saya tepati, ada orangtua yang mau saya buat bahagia (meski saya sudah tidak diharapkan lagi), ada keajaiban-keajaiban yang masih ingin saya lihat di dunia ini.
Yang ketiga, selalu berusaha untuk berpikir positif, menjauhkan rasa benci terhadap orang lain, menurunkan amarah dan ego. Meski banyak yang membenci saya, saya berusaha untuk tidak membenci mereka.
Mungkin itu saja. Saya, semenjak lulus SMA tidak lagi mendapat dukungan dari siapapun, bahkan orangtua saya sudah tidak lagi mempercayai saya atau mendengarkan saya. Meski memang saya jarang berbicara kepada mereka, tetapi setiap saya memberikan pendapat, mereka tidak menanggapi. Mereka lebih percaya kepada orang lain dibanding saya, karena saya orang yang pendiam dan orang yang orangtua saya katakan.
Bundir itu salah, sebesar apapun hasrat kalian ingin bundir, sebisa mungkin hindarilah. Sulit memang, tetapi kita tidak pernah tau keindahan apa yang sudah menunggu kita di masa depan.
Comments
Post a Comment